REPUBLIKA.CO.ID, SUMBAWA BARAT — Di ujung timur negeri, tepat di Pulau Sumba yang permai, Kementerian Sosial (Kemensos) bersama Sentra Efata Kupang berbakti, Menggelar operasi katarak, bakti sosial nan damai, Untuk masyarakat kurang mampu, penuh kasih dan peduli.
Kegiatan mulia ini berlangsung merata, Pada 20 hingga 23 November 2025, di RSUD Reda Bolo. Bertempat di Kabupaten Sumba Barat Daya yang nyata, Nusa Tenggara Timur, di sanalah harapan bersemi utuh.
Operasi katarak ini puncaknya sebuah rencana, Rangkaian panjang dimulai sejak 9 Oktober 2025. Dari pendaftaran peserta, skrining yang teliti dan saksama, Hingga operasi lancar, agar penglihatan kembali hidup.
Sebanyak 406 calon pasien dari tiga kabupaten: Sumba Barat Daya, Sumba Barat, dan Sumba Timur, t’lah mendaftar. Hingga hari kedua, 22 November, tercatat hasil yang menawan, 210 pasien lolos skrining, siap menatap masa depan yang benderang.
“Sampai tadi malam ada 406 calon pasien. Mayoritas dari Sumba Barat Daya, tapi ada juga dari Sumba Timur, Sumba Tengah, dan Sumba Barat. Di Pulau Sumba dokter mata sangat terbatas, sehingga operasi seperti ini sangat dibutuhkan. Kalau katarak dibiarkan terlalu lama justru bisa tidak bisa dioperasi lagi,” ujar Kepala Sentra Efata Kupang Kementerian Sosial RI, Tota Oceanna Zonneveld.
Ia menegaskan bahwa seluruh tindakan operasi diberikan secara gratis, termasuk bagi pensiunan atau warga yang tidak termasuk DTSEN. Namun untuk bantuan logistik seperti sembako dan transportasi, tetap harus mengacu pada Data Tunggal Sosial dan Ekonomi Nasional agar sesuai regulasi.
Tota menyampaikan apresiasi atas keterlibatan banyak pihak dalam menyukseskan kegiatan ini, mulai dari Yayasan Pundi Amal Peduli Kasih, BNI, hingga tim dokter dari Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami). “Kami bersyukur banyak pihak yang membantu. Semoga pelayanan ini membawa berkat dan pemulihan bagi masyarakat Sumba,” ucapnya.
Di sisi lain, dari perspektif tenaga medis, tingginya antusias warga juga mencerminkan masih rendahnya akses pemeriksaan kesehatan mata secara rutin. Dokter spesialis mata di Sumba Barat Daya, Dr Saphira, mengatakan bahwa dari lebih dari 400 pendaftar, hampir separuhnya merupakan kasus katarak yang dapat dioperasi.
“Bahkan ada pasien dengan usia tergolong muda yang sudah mengalami katarak. Ini menunjukkan bahwa pemeriksaan dini masih sangat kurang. Di Sumba, hanya ada dua dokter mata untuk empat kabupaten. Kalau tidak ada kegiatan seperti ini, banyak yang tidak akan tertangani,” ujarnya.
Untuk memastikan kegiatan berjalan lancar, RSUD Reda Bolo melakukan sejumlah persiapan selama satu bulan. Perwakilan Direktur RSUD Reda Bolo, Dr. Agustinus Marojahan, mengatakan bahwa rumah sakit telah menyiapkan dua kamar operasi dengan total enam meja, serta melengkapi alat sterilisasi, ruang skrining, dan tenaga kesehatan tambahan.
sumber : Antara

4 hours ago
2















































