Ekonomi Dunia tak Pasti, Investor Diminta Waspada dan Tetap Diversifikasi

3 hours ago 2

Ketidakpastian ekonomi global akibat perang dagang dan konflik geopolitik dinilai masih membayangi Indonesia. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketidakpastian ekonomi global akibat perang dagang dan konflik geopolitik dinilai masih membayangi Indonesia. Meski begitu, pertumbuhan ekonomi nasional diperkirakan tetap stabil di angka 5 persen pada 2025.

“Di tengah volatilitas ekonomi dan geopolitik global, Indonesia merasakan dampak yang relatif terbatas karena tingkat trade similarity dengan AS yang rendah serta karakteristik Indonesia sebagai ekonomi small-open,” ujar Chief Economist Permata Bank, Josua Pardede, dalam acara Wealth Wisdom 2025 di Jakarta, Selasa (7/10/2025).

Perlambatan ekonomi China, kebijakan proteksionis Amerika Serikat, hingga konflik di Timur Tengah dan Asia Pasifik turut menjadi faktor eksternal yang berpengaruh terhadap stabilitas ekonomi nasional. Di sisi lain, konsumsi rumah tangga yang menopang 55 persen Produk Domestik Bruto (PDB) disebut menjadi peredam dampak lebih dalam.

Josua menambahkan, peluang penurunan suku bunga Bank Indonesia terbuka pada paruh kedua tahun ini seiring inflasi yang terkendali. Ia menilai, kondisi ini memberi ruang bagi investor domestik untuk mengatur ulang strategi portofolio.

“Investor di Indonesia perlu menjaga keseimbangan portofolio dengan mengombinasikan aset berisiko dan aset aman. Diversifikasi adalah strategi penting untuk meminimalkan risiko sekaligus mempertahankan potensi imbal hasil,” ucap Josua.

Mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, menekankan pentingnya pengelolaan anggaran secara efisien dalam menghadapi tekanan ekonomi. Ia menyebut prinsip dagang juga berlaku dalam mengelola keuangan negara.

“Ketika situasi ekonomi sedang kurang ideal, pelaku usaha maupun pemerintah perlu melakukan optimalisasi biaya dan mencari sumber pendapatan tambahan,” kata pria yang akrab disapa Ahok tersebut.

Ia menyoroti kekuatan sosial yang dimiliki Indonesia sebagai modal resiliensi ekonomi. Nilai kekeluargaan yang kuat dinilai menjadi pembeda sekaligus keunggulan di tengah krisis.

“Salah satu keunggulan yang dimiliki negara ini adalah rasa kekeluargaan yang tertanam di masyarakat Indonesia. Kedekatan ini menghasilkan keunggulan yang tidak dimiliki oleh banyak negara lain,” ujar Ahok.

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |