REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Miliarder Elon Musk, yang dilaporkan menginvestasikan puluhan juta dolar AS untuk mendukung kampanye Presiden Donald Trump, dituduh menggunakan narkoba secara intensif dan teratur. Laporan The New York Times (NYT) menyebut Musk “secara kronis” menggunakan ketamin, obat anestesi kuat, yang diduga memengaruhi fungsi kandung kemihnya, serta konsumsi ekstasi, jamur psikedelik, dan Adderall.
Menurut laporan tersebut, Musk menyimpan sekitar 20 pil dalam kotak obat hariannya. Namun, belum dapat dipastikan apakah Musk menggunakan narkoba saat mulai menjabat sebagai penasihat senior presiden atau saat memimpin Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE) yang baru dibentuk.
Laporan NYT juga menyoroti perilaku tidak menentu Musk menjelang dan sesudah pelantikan Trump, termasuk gerakan menyerupai Nazi saat pelantikan, bentrokan dengan pejabat tinggi, serta konflik keluarga yang memuncak dalam sengketa hak asuh dan pengakuan anak ke-14.
Musk dilaporkan mengalami perubahan suasana hati drastis dan obsesi memiliki lebih banyak anak. NYT mengutip wawancara, pesan pribadi, serta foto-foto dugaan simpanan obat sebagai bukti. The Independent telah meminta tanggapan dari kuasa hukum Musk.
Saat tampil bersama Trump di Ruang Oval pada Jumat (30/5/2025), Musk menolak menjawab pertanyaan terkait laporan NYT. “Apakah itu publikasi yang sama yang mendapat Pulitzer karena pelaporan palsu tentang Russiagate?” sindirnya. “Kalau itu New York Times, mari lanjut.”
Gedung Putih belum memberikan tanggapan resmi. Namun, Wakil Sekretaris Pers Utama Harrison Fields memuji kinerja Musk yang disebut “telah menghemat miliaran dolar bagi pembayar pajak.” “Hanya sedikit CEO yang rela meninggalkan kenyamanan C-suite untuk melayani negara,” ujarnya dilansirlaman The Independent.
Wakil Kepala Staf Gedung Putih Stephen Miller juga mengatakan tidak memiliki kekhawatiran. “DOGE telah melakukan pekerjaan luar biasa membasmi pemborosan, suap, dan korupsi,” katanya kepada CNN.
Sebelumnya, Musk memang mengakui penggunaan “dosis kecil” ketamin. Namun, laporan NYT menyebut penggunaannya lebih intensif dan rutin, hingga menyebabkan gangguan kesehatan dan kekhawatiran orang terdekat. Ia disebut mengonsumsi psikedelik di berbagai pertemuan pribadi, termasuk di luar negeri.
Pada Februari, hanya beberapa minggu setelah pelantikan Trump, Musk hadir di CPAC mengenakan kacamata hitam dan topi Make America Great Again sambil membawa gergaji mesin. “Ini untuk birokrasi,” katanya. Ia menggambarkan pikirannya saat itu sebagai “badai.”
Musk disebut menghabiskan lebih dari 300 juta dolar AS (sekitar Rp 4,8 triliun) untuk mendukung Trump tahun lalu, termasuk membagi cek senilai 1 juta dolar AS (sekitar Rp 16 miliar) kepada pemilih di negara bagian kunci, serta menjanjikan 50 dolar AS untuk foto di luar bilik suara.
Namun, upayanya mendukung kandidat konservatif dalam pemilihan Mahkamah Agung Wisconsin gagal. Kandidat pilihannya kalah dari Hakim liberal Susan Crawford meski telah menghabiskan 20 juta dolar AS (sekitar Rp 320 miliar).