ESDM Selidiki Longsor Tambang Cirebon, Warga Diminta Waspada Potensi Susulan

1 day ago 4

Petugas gabungan dengan alat berat mencari korban longsor yang tertimbun bebatuan di lokasi galian C, Cipanas, Dukuhpuntang, Kab. Cirebon, Jawa Barat, Jumat (30/5/2025). Longsor dari tebing tambang batu tersebut menyebabkan 5 orang meninggal dunia dan puluhan korban lain yang masih belum ditemukan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengirimkan Tim Inspektur Tambang untuk melakukan investigasi teknis lapangan terkait musibah longsor di area pertambangan batu alam yang terjadi di Cirebon, Jawa Barat, pada Jumat (30/5/2025) pukul 10.00 WIB. Upaya ini merupakan bagian dari penegakan kaidah pertambangan yang baik, di mana setiap kegiatan pertambangan wajib mematuhi peraturan dan ketentuan yang berlaku.

“Kementerian ESDM menyampaikan duka cita mendalam atas musibah longsor yang terjadi di wilayah Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi milik Koperasi Pondok Pesantren Al-Azhariyah di Gunung Kuda, Desa Cipanas, Kecamatan Dukupuntang, Cirebon. Tim inspektur sedang terjun ke lapangan untuk mendalami ini,” ujar Direktur Jenderal Mineral dan Batubara, Tri Winarno, dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu (31/5/2025) lalu.

Tri menambahkan, Tim Inspektur Tambang akan bergabung dengan tim tanggap darurat lain untuk menjalankan proses investigasi menyeluruh. Tahapan awal mencakup pemetaan lokasi menggunakan drone, asesmen potensi longsor susulan, serta analisis faktor penyebab dari sisi teknis, prosedural, lingkungan, dan kondisi kerja.

“Hasil analisis ini nantinya akan dijadikan dasar rekomendasi tindakan korektif dan preventif agar kejadian serupa tidak terulang,” ucapnya.

Sementara itu, Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Muhammad Wafid, menyatakan bahwa berdasarkan Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah, Kabupaten Cirebon termasuk wilayah dengan tingkat kerentanan tinggi terhadap gerakan tanah.

“Pada zona ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas normal, dan gerakan tanah lama dapat aktif kembali,” ujarnya.

Ia menilai, penyebab longsor antara lain karena kemiringan lereng tebing yang sangat terjal (lebih dari 45 derajat) dan lokasi tambang terbuka dengan metode penambangan under cutting.

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |