Jakarta, CNBC Indonesia - Perak adalah logam yang bisa menjadi 'bayangan' emas dalam hal investasi yang aman. Perak acap kali jadi alternatif emas, sehingga gerak harganya memiliki kemiripan.
Saat harga emas naik gila-gilaan, harga perak juga mengikuti. Bedanya, harga perak lebih murah ketimbang emas. Hal ini yang membuat perak sebagai logam mulia juga turut menguat kala emas cemerlang.
Pekan ini, harga perak pun terbang dengan gagahnya bahkan mencapai harga tertinggi sejak 14 tahun lalu, tepatnya pada 2011.
Berdasarkan data Refinitiv harga perak menutup pekan perdagangan yang berlangsung pada 22-26 September dengan penguatan 6,76% dibandingkan pekan sebelumnya. Pada perdagangan terakhir, Jumat (26/9/2025), perak tercatat di US$45,99 per ons atau menguat 1,71% dari sesi perdagangan hari sebelumnya.
Harga penutupan tersebut merupakan yang paling tinggi dalam 14 tahun terakhir atau sejak April 2011.
Kencangnya kenaikan harga perak dalam sepekan didorong oleh ekspektasi penurunan suku bunga lanjutan oleh bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserves atau The Fed pada sisa tahun ini.
Ekspektasi tersebut timbul di tengah data inflasi Paman Sam pada Agustus yang sesuai ekspektasi.
Departemen Perdagangan AS melaporkan indeks Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) naik 2,7% secara tahunan pada Agustus, sesuai dengan perkiraan ekonom. Sementara itu, PCE inti, yang tidak memasukkan harga pangan dan energi, naik 2,9%, juga sejalan dengan ekspektasi.
Data tersebut memberi kepastian bagi pasar setelah pekan yang diwarnai perdebatan internal bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) mengenai arah kebijakan suku bunga. Sejumlah pejabat mendorong penurunan agresif, sementara lainnya menilai pendekatan hati-hati lebih tepat.
"Data PCE bulanan sudah sesuai, meskipun pendapatan dan pengeluaran pribadi sepersepuluh lebih tinggi dari ekspektasi. Data ini tidak akan menghalangi The Fed untuk melanjutkan pemangkasan suku bunga secara hati-hati pada pertemuan Oktober mendatang," ujar Tai Wong, seorang trader komoditas logam independen, dikutip dari Reuters.
Menurut perangkat Fedwatch, para pelaku pasar memperkirakan adanya 88% probabilitas suku bunga The Fed akan kembali turun pada pertemuan Oktober dan 65% kemungkinan kembali turun pada Desember.
Adapun masing-masing bulan diperkirakan akan turun 25 basis poin atau total 50 basis poin penurunan pada tiga bulan akhir tahun ini. Sebagai informasi, The Fed telah menurunkan suku bunga pada pertemuan September sebesar 25 basis poin.
Suku bunga The Fed saat ini berada di 4,00%-4,25%. Jika ada penurunan 50 basis poin lagi maka di akhir tahun suku bunga The Fed akan ada di kisaran 3,50%-3,75%.
Hal ini tentu saja menguntungkan perak dari 2 sisi. Pertama, sebagai alat investasi, perak yang tidak memiliki pengembalian tetap dengan bunga, akan menjadi sasaran investor. Sebab bunga kecil kurang menarik dibandingkan perak yang bisa menjadi alat investasi yang saat ini dalam di tren penguatan.
Di sisi lain, penurunan suku bunga juga diharapkan dapat menggenjot ekonomi Amerika Serikat, terutama dari sisi manufaktur. Perak sendiri adalah bahan dasar yang digunakan berbagai sektor kehidupan.
Sehingga, dengan ekonomi berjalan dan adanya peningkatan kinerja manufaktur, perak sebagai bahan baku industri diperkirakan akan terjadi kenaikan permintaan.
Peluang lainnya adalah rasio emas dan perak, rasio perbandingan harga kedua logam mulia tersebut di mana level semakin rendah menunjukkan harga perak masih lebih murah ketimbang emas, masih berada di kisaran 81 atau di atas rata-rata lima tahun terakhir yakni 83,5.
Sehingga masih ada peluang untuk penguatan perak lebih lanjut, menyusul emas yang memiliki performa cemerlang sepanjang 2025.
(ras/ras)