Hujan Ekstrem Berujung Banjir, Keresahan Warganet, dan Penjelasan 'Kemarau Basah'

5 hours ago 2

Warga beraktivitas saat banjir merendam permukimannya di kawasan Bidara Cina, Jatinegara, Jakarta, Ahad (6/7/2025). Banjir setinggi sekitar 150 centimeter yang merendam kawasan tersebut diduga akibat air kiriman dari wilayah Bogor yang menyebabkan luapan kali Ciliwung. Menurut warga, luapan kali Ciliwung terjadi pada Ahad (6/7) dini hari pukul 03.00 WIB. Hingga saat ini pukul 12.30 banjir di kawasan Bidara Cina RT10/RW11 mulai berangsur surut dengan ketinggian air bervariasi mulai dari 30-150 centimeter. Meski demikian, warga masih membutuhkan bantuan logistik dan perahu untuk evakuasi warga yang masih terjebak di rumahnya.

REPUBLIKA.CO.ID, Cuaca ekstrem berupa hujan lebat pada akhir pekan lalu hingga Senin (7/7/2025) berujung pada bencana banjir yang melanda beberapa wilayah di Indonesia termasuk Jakarta dan kawasan penyangga. Warganet pun menuangkan opini mereka di media sosial X terkait tanda-tanda perubahan iklim yang semakin nyata.

"Kuningan —sebuah kawasan di bilangan Jakarta Selatan— banjir di bulan Juli, never in my wildest dream. Krisis iklim itu nyata dan makin deket," tulis pegiat tata kota @stravenues dalam akun X-nya.

"Bulan Juli bisa banjir, emang pertanda krisis iklim," tulis aktivis transportasi publik Adriansyah Yasin Sulaeman dalam akun X @adriansyahyasin.

"Biasanya Jakarta banjir itu di awal tahun (up to Maret lah). Lah ini bulan Juli, yg bahkan 'seharusnya' nggak ujan. 1. Climate change 2. Urban planning," tulis warganet bernama Zakka Fauzan dalam akun X @zakkafm.

Tiga suara berbeda—seorang pegiat tata kota, aktivis transportasi publik, dan seorang warganet—berkumpul dalam satu kesimpulan: banjir di Jakarta pada bulan Juli adalah alarm nyata dari perubahan iklim.

Musim kemarau yang semestinya kering justru diguyur hujan ekstrem, sehingga membuat kawasan sibuk seperti Kuningan, Jakarta Selatan tergenang air. Fenomena yang dulu dianggap mustahil kini menjadi bagian dari keseharian yang mengganggu.

Di balik curahan emosi dan kekagetan itu, tersirat kekhawatiran kolektif bahwa krisis iklim bukan lagi wacana masa depan. Ia telah hadir, menjungkirbalikkan prediksi cuaca dan menantang logika perencanaan kota.

Hingga Rabu (9/7/2025), sembilan Rukun Tetangga (RT) di Jakarta Barat dan Jakarta Utara yang masih terendam banjir dengan ketinggian mulai 30 centimeter (cm) hingga satu meter. Jumlah RT tergenang banjir jauh berkurang dari hari-hari sebelumnya.

"Saat ini genangan terjadi di sembilan RT dan dua ruas jalan," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta Isnawa Adji di Jakarta, Rabu.

Data hingga pukul 05.00 WIB itu menyebutkan banjir masih terjadi di tujuh RT yang berada di Jakarta Barat (Jakbar) dan dua RT di Jakarta Utara (Jaktim). Untuk penyebab banjir di tujuh RT Jakarta Barat dikarenakan curah hujan tinggi dan meluapnya Kali Angke yang melintas di wilayah tersebut.

Sementara untuk banjir di Jakarta Timur dikarenakan curah hujan tinggi dan banjir rob sehingga air masih menggenangi kawasan tersebut.

sumber : Antara

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |