Suasana bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (10/4/2025).
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Setelah sembilan tahun negosiasi, perundingan Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Uni Eropa (IEU-CEPA) kini memasuki tahap akhir. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menilai pencapaian ini menjadi sinyal positif di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Hal tersebut disampaikan Airlangga usai melakukan pertemuan bilateral dengan European Union Commissioner for Trade and Economic Security Maroš Šefčovič pada Jumat (6/6) di Berlaymont Building, Brussels, Belgia.
“Perjanjian IEU-CEPA telah mencapai tahap akhir setelah sembilan tahun lamanya melaksanakan perundingan. Hal ini tentunya menjadi momentum penting di tengah kondisi perekonomian global yang tidak dapat diprediksi dan tidak pasti, sehingga ini menunjukkan pentingnya kerja sama dalam mengatasi tantangan global,” ungkap Airlangga dalam keterangannya di Jakarta, akhir pekan ini.
Kerja sama ekonomi antara Indonesia dan Uni Eropa terus menguat. Nilai perdagangan kedua pihak pada 2024 tercatat mencapai 30,1 miliar dolar AS. Uni Eropa kini menjadi mitra dagang terbesar kelima Indonesia, sementara Indonesia menempati peringkat ke-33 bagi Uni Eropa.
Neraca perdagangan juga menunjukkan tren positif bagi Indonesia, dengan surplus yang naik dari 2,5 miliar dolar AS pada 2023 menjadi 4,5 miliar dolar AS pada 2024.
Airlangga menyebut pertemuan tersebut turut menghasilkan kesepakatan penting mengenai trade and sustainable growth, termasuk kerangka keberlanjutan atau sustainability framework.
Indonesia juga terus mendorong Uni Eropa untuk memberikan perlakuan preferensial terhadap produk perikanan nasional, sejajar dengan negara-negara mitra lainnya.
“Indonesia adalah negara kepulauan dengan laut yang luas. Kami memprioritaskan produk perikanan asal Indonesia untuk bisa masuk ke pasar Eropa,” kata Menko Airlangga.
Di akhir pertemuan, ia juga menyampaikan apresiasi atas sikap Uni Eropa yang mempertimbangkan perlakuan khusus dalam kebijakan pengurangan deforestasi dan kerusakan hutan kepada mitra dagang yang telah memiliki FTA/CEPA dengan blok tersebut.
“Indonesia dan Uni Eropa sepakat untuk segera menyelesaikan isu-isu yang masih tersisa dan siap mengumumkan penyelesaian perundingan secara substansi pada akhir Juni 2025,” kata Airlangga.
sumber : Antara