
ShippingCargo.co.id, Jakarta— Para pejabat pertahanan dari kawasan Eropa dan Asia Tenggara menyerukan penguatan kerja sama internasional guna melindungi jaringan kabel bawah laut global, di tengah meningkatnya kekhawatiran atas ancaman terhadap infrastruktur digital vital ini.
Kabel serat optik bawah laut, yang berjumlah sekitar 600 unit secara global, bertanggung jawab atas hampir seluruh lalu lintas data internet dunia. Singapura dan Malaysia saat ini menjadi pusat utama dari sistem kabel global tersebut. Namun, peningkatan insiden kerusakan kabel di perairan Eropa, khususnya di Laut Baltik, telah memicu kekhawatiran mengenai kerentanannya terhadap gangguan.
“Kita perlu melindungi seluruh jaringan, bukan hanya satu titik,” ujar Menteri Pertahanan Singapura, Chan Chun Sing, dalam forum keamanan IISS Shangri-La Dialogue, Minggu (2/6), seperti dilansir oleh gCaptain. “Jika hanya menjaga satu ujung, sementara sisi lainnya tidak aman, maka sistem tidak akan terlindungi.”
Selama dua hari pelaksanaan forum, para pejabat Eropa secara terbuka membagikan pelajaran dari lonjakan kerusakan kabel bawah laut di wilayah mereka. Hingga kini, jaringan kabel bawah laut membentang lebih dari 1,4 juta kilometer di seluruh dunia.
Seiring meningkatnya permintaan daya untuk pusat data akibat lonjakan penggunaan kecerdasan buatan (AI), kebutuhan terhadap kabel bawah laut pun semakin mendesak. Sejak invasi penuh Rusia ke Ukraina, perlindungan kabel bawah laut menjadi prioritas bagi Eropa, terutama karena sejumlah insiden melibatkan kapal tanker dari dan menuju Rusia, serta satu kapal asal Tiongkok.
Meskipun belum ada bukti kuat bahwa kerusakan tersebut merupakan sabotase yang disengaja, negara-negara anggota NATO telah meningkatkan patroli di jalur-jalur laut penting untuk menjamin keamanan infrastruktur bawah laut.
Kepala diplomat Uni Eropa, Kaja Kallas, mendorong negara-negara Eropa dan Asia untuk memperkuat kerja sama maritim, termasuk dalam menangani “shadow fleet” — armada kapal tanker tanpa identitas jelas — dan merevisi hukum keamanan laut internasional.
Menteri Pertahanan Filipina, Gilberto Teodoro, juga menekankan pentingnya perlindungan kabel digital di negaranya. Dalam wawancara terpisah, ia mengatakan bahwa Filipina, yang tengah menghadapi ketegangan dengan Tiongkok di Laut China Selatan, sedang memperkuat kemampuan untuk merespons ancaman terhadap infrastruktur tersebut.
Senada, Menteri Pertahanan Thailand Phumtham Wechayachai menyebut bahwa perlindungan terhadap infrastruktur bawah laut menjadi perhatian utama negaranya, dan saat ini pihaknya bekerja sama erat dengan Singapura dan Brunei. Ia menambahkan bahwa risiko tidak hanya berasal dari sabotase, tetapi juga dari kecelakaan dan bencana alam.
Dengan perlindungan terhadap kabel bawah laut kini menjadi prioritas strategis bersama di kawasan Indo-Pasifik dan Eropa.