Jakarta, CNBC Indonesia - Iran tengah menghadapi krisis berlapis yang belum pernah terjadi sebelumnya. Kekeringan berkepanjangan, defisit listrik kronis, dan suhu panas ekstrem memaksa jutaan warganya mengubah rutinitas sehari-hari.
Pemadaman listrik terjadwal, pemutusan air mendadak, dan udara panas yang memecahkan rekor kini telah menjadi kenyataan baru yang membentuk pola hidup, pola konsumsi, bahkan arah perekonomian negara.
Setiap pukul 06.00 pagi waktu setempat Sara, pemasar digital 44 tahun di Teheran, bangun bukan untuk memeriksa pesan di ponselnya, melainkan untuk melihat jadwal pemadaman listrik. Meskipun telah hafal jadwal mingguan, ia tetap memeriksa kemungkinan perubahan mendadak.
"Tanpa listrik, tidak ada AC yang dapat menahan panas," ujarnya kepada media lokal, seperti dikutip Al Jazeera. Ia kemudian menceritakan bagaimana gelombang panas dan krisis energi mengubah rutinitasnya.
Pemutusan air menjadi tantangan lain. Tanpa peringatan, aliran air dapat terhenti berjam-jam. Sara terbiasa mengisi ember kapan pun ada kesempatan.
Di musim panas ini, Organisasi Meteorologi Iran melaporkan suhu beberapa kota mencapai rekor tertinggi, sementara curah hujan turun 40% dibanding rata-rata jangka panjang, hanya 137 mm dibanding 228,2 mm per tahun air.
Fatemeh, 26 tahun, baru setahun tinggal di Teheran untuk kuliah. Pengalaman pertamanya menghadapi pemutusan air tanpa peringatan membuatnya terjebak di apartemen yang suhunya menembus 40° Celcius.
"Hal pertama yang saya lakukan adalah berhenti bergerak sama sekali agar suhu tubuh tidak naik," kenangnya. Dengan hanya dua botol air dan sebongkah es, ia harus mengatur penggunaan air, bahkan menggunakan botol untuk mandi seadanya.
Kini, ia punya strategi bertahan: menyimpan air di banyak wadah, memasukkan balok es ke pendingin evaporatif, dan membasahi handuk untuk menurunkan suhu tubuh. "Saat air dan listrik mati bersamaan, rasanya seperti demam," ujarnya.
Bagi Sara dan Fatemeh, adaptasi mental sama beratnya dengan adaptasi praktis. Ketidakpastian setiap pagi, apakah ada air di keran atau listrik untuk menyalakan laptop, menjadi bagian dari hidup.
Krisis ini tidak hanya memukul rumah tangga, tapi juga dunia usaha. Shahram, manajer perusahaan perangkat lunak berusia 38 tahun, mengaku harus memulangkan pegawainya jika listrik mati di tengah jam kerja.
"Pemadaman biasanya terjadi antara pukul 12.00 dan 17.00. Jika listrik mati jam 14.00 atau 15.00, tidak ada gunanya menunggu karena jam kerja efektif sudah habis," jelasnya.
Usaha kecil juga terancam. Pemilik toko kue membagikan video membuang produk yang rusak akibat kulkas mati. Model kerja jarak jauh yang sebelumnya jadi solusi kini mustahil tanpa listrik dan internet stabil.
Akar Masalah Energi
Listrik di Iran sebagian besar (85%) dihasilkan dari bahan bakar fosil, 13% dari tenaga air, dan sisanya dari energi terbarukan serta nuklir. Namun, keterbatasan infrastruktur, sanksi internasional, dan minimnya investasi membuat kapasitas produksi tidak mampu mengejar lonjakan permintaan.
Menurut laporan Pusat Penelitian Parlemen pada Oktober lalu, beberapa pembangkit terpaksa beralih ke mazut (bahan bakar minyak berat) saat pasokan gas terganggu. Namun, penggunaannya dibatasi karena risiko polusi udara.
Kekeringan memperparah krisis listrik. Berkurangnya pasokan air menghambat pembangkit listrik tenaga air tepat saat konsumsi AC melonjak.
"Ini adalah kombinasi mematikan antara infrastruktur yang rapuh, investasi yang kurang, dan pola konsumsi yang tidak berkelanjutan," ujar Mohammad Arshadi, peneliti tata kelola air dan anggota Dewan Strategis Tadbir-E-Abe Iran.
Arshadi juga menilai krisis air di Iran bukan hanya akibat perubahan iklim, tapi juga pola konsumsi domestik. Ekspansi pertanian yang boros air, industri besar, dan urbanisasi memicu lonjakan permintaan yang tidak diimbangi ketersediaan sumber daya.
"Ini bukan hanya masalah alam, tapi juga pilihan manusia. Jika pola penggunaan air tidak berubah, krisis akan semakin parah," tegasnya.
Dulu, warga Iran menganggap air bersih dan listrik sebagai hal biasa. Kini, satu generasi tumbuh dengan kelangkaan sebagai norma. Musim dingin yang akan datang diperkirakan tetap diliputi defisit energi dan air, memperpanjang ketidakpastian yang telah membentuk wajah kehidupan modern di Iran.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Negara Komunis Ini Dihantam Krisis Listrik, Jadi Negeri Gelap Gulita