Kisah ‘Istana Kunang’ di Balik Kasus Korupsi Bupati Bekasi dan Ayahnya

2 hours ago 1

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI – Penangkapan Bupati Bekasi nonaktif Ade Kuswara Kunang dan ayahnya HM Kunang oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) turut membikin heboh di Desa Sukadami, Cikarang Selatan Bekasi. Warga yang tinggal di sekitar “istananya” kaget bahwa ada kasus di balik kesan kedermawanan keluarga kaya raya tersebut. 

Di Desa Sukadami, rumah yang ditinggali HM Kunang sang kepala desa tergolong istimewa. Rumah itu satu dari enam rumah dalam klaster di Desa Sukadami. Saat disambangi Republika, dua penjaga keamanan berjaga di depan gerbang dan pagar setinggi tiga meter. Pagar tinggi itu mengelilingi kompleks seluas 1,93 hektare, merujuk keterangan HM Kunang yang beredar di media sosial sebelum penggerebekan oleh KPK. 

Di dalam pagar, rumah-rumah disusun berbentuk huruf U dengan jalan yang jembar. Seluruh rumah dengan luas masing-masing sekitar 700 meter persegi itu bercat putih pualam. Selain satu yang ditempati HM Kunang, sisanya punya anak-cucunya termasuk sang bupati yang ditangkap.

Saat disambangi Republika Rabu ini, tidak terlihat aktivitas penghuni meski ada sejumlah mobil keluar masuk. Klaster pribadi ini berdiri dikelilingi sawah-sawah dan kebun. Memisahkannya dari rumah-rumah warga kampung di sekelilingnya yang sebagian masih dari kayu dindingnya.

Karena kesan mewahnya, klaster itu oleh warga setempat disebut “Istana Kunang”. 

HM Kunang, merujuk keterangan warga sekitar, sudah menjabat kepala desa Sukadami sejak kira-kira 30 tahun lalu. Ia dikenal sebagai jawara dan tokoh masyarakat di wilayah tersebut. Tak ada keterangan soal usaha atau bisnis yang ia geluti. 

Ia juga pernah membentuk Ikatan Putra Daerah (IKAPUD) dan juga organisasi Garda Pasundan. Ketokohannya jadi salah satu faktor penentu kemenangan anaknya saat maju pada Pilkada Kabupaten Bekasi 2024. Ade Kuswara kala itu menang telak meski baru berusia 31 tahun.

Alimah warga pemilik warung yang tinggal berdekatan dengan kluster HM Kunang di Sukadami menjelaskan, meski sudah puluhan tahun menjabat, ia baru saja pindah ke lokasi terkini di RT 08/RW 04. Kluster tersebut rampung dibangun kisaran tahun 2022 sampai 2023. 

“Betul itu rumahnya. Kalau nggak salah antara 2022 atau 2023 (selesai di bangun). Emang besar makanya disebut istana. Kluster keluarga istilahnya” Kata dia saat ditemui Republika.

Alimah menyampaikan, kasus yang menjerat Kunang dan anaknya membikin kaget warga sekitar. Selama ini, Kunang mencitrakan diri sebagai seorang dermawan.

“Saya aja nggak tahu kalau kena kasus, warga juga pada nanya ‘emang bener?’” kata dia menambahkan.

Menurut Alimah, HM Kunang tak jarang menyambangi warga sembari membawa buah tangan. “Pak Haji suka muter-muter. Peduli lah istilahnya sama warga. Kalau ada yang hajatan atau ngundang ada acara di rumah warga biasanya suka datang” Tambahnya.

Untuk orang asing dan selain warga setempat tidak diperbolehkan memasuki komplek istana HM Kunang. Meski demikian, warga biasa berkunjung ke rumah kepala desa ketika hari-hari besar.

“Kalau urusan masuk komplek nya emang nggak di izinin (untuk orang luar). Warga sendiri jarang ada yang masuk kecuali kalau hari-hari besar kayak lebaran, puasa, maulid. Silaturahmi aja.”Ungkap Alimah

Warga sempat mengakui melihat sejumlah unit kendaraan penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memasuki kawasan klaster tersebut pada 23 Desember lalu. Saat itu penyidik KPK menggelar penggeledahan di rumah HM Kunang sebagai tersangka. “Kemarin rame banyak mobil keluar masuk” Kata Alimah

Muhammad Mukhlis warga yang tinggal tidak jauh dari klaster rumah HM Kunang mengatakan, dirinya juga tidak menyangka bahwa HM Kunang terjerat kasus korupsi. “Karena baik si Bapak mah (HM Kunang). Kalo ngasih sembako sering. Apa lagi kalo hari-hari besar kaya lebaran atau puasa” ujarnya saat ditemui Republika.

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |