CNN Indonesia
Jumat, 27 Jun 2025 15:12 WIB

Jakarta, CNN Indonesia --
Tren global menunjukkan penurunan konsisten dan signifikan perihal angka kemiskinan, namun Pakistan justru menunjukkan arah yang berlawanan.
Berbeda dengan India dan Sri Lanka yang berhasil mengangkat sebagian besar penduduknya dari garis kemiskinan dalam beberapa dekade terakhir, Pakistan mengalami peningkatan drastis dalam jumlah penduduk miskin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut estimasi terbaru Bank Dunia, jumlah penduduk Pakistan yang hidup di bawah garis kemiskinan kini mencapai 44,7 persen. Artinya, hampir separuh populasi negara itu hidup dalam kondisi kemiskinan ekstrem.
Yang lebih mengkhawatirkan, angka tersebut merupakan estimasi konservatif karena tidak didasarkan pada data terbaru. Dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi Pakistan saat ini, para pakar meyakini bahwa angka sebenarnya bisa jauh lebih buruk.
Untuk menghitung angka kemiskinan, diperlukan data konsumsi atau pendapatan rumah tangga. Dalam kasus Pakistan, data tersebut berasal dari Survei Pendapatan dan Pengeluaran Rumah Tangga (HIES) 2018-2019. Masalahnya, berbagai peristiwa yang memperburuk kemiskinan justru terjadi setelah periode tersebut.
Pakistan mengalami dua guncangan besar pasca-2019: pandemi COVID-19 dan banjir besar pada 2022. Banjir tahun 2022 sendiri menyebabkan kerugian ekonomi sekitar USD 15,2 miliar dan mendorong lebih dari 8 juta orang jatuh ke bawah garis kemiskinan.
Studi lain menunjukkan bahwa dampak COVID-19 juga sangat signifikan, meningkatkan angka kemiskinan hingga 41 persen di wilayah-wilayah tertentu yang diteliti.
Namun, bukan hanya faktor eksternal. Faktor internal-mulai dari tata kelola yang buruk hingga salah urus sumber daya oleh rezim pemerintahan-ikut memperparah situasi. Dalam lima tahun terakhir, Pakistan terjebak dalam tekanan inflasi tinggi, depresiasi mata uang, defisit perdagangan besar, dan utang yang membengkak.
Lanjut ke sebelah...