CNN Indonesia
Jumat, 26 Sep 2025 05:56 WIB

Jakarta, CNN Indonesia --
Raksasa teknologi Microsoft menghentikan layanan untuk militer Israel setelah menemukan penggunaan cloud atau teknologi komputasi awan untuk melakukan pengawasan massal terhadap warga Palestina, Kamis (25/9).
Presiden Microsoft, Brad Smith mengatakan perusahaan membuka peninjauan tersebut setelah investigasi oleh surat kabar Guardian atas dugaan aktivitas oleh sebuah unit militer Israel.
Investigasi tersebut menyatakan bahwa badan pengawasan militer Israel, Unit 8200, menggunakan Azure milik Microsoft untuk menyimpan rekaman panggilan telepon seluler dalam jumlah besar dari warga Palestina di Tepi Barat dan Gaza.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami tidak menyediakan teknologi untuk memfasilitasi pengawasan massal terhadap warga sipil. Kami telah menerapkan prinsip ini di setiap negara di seluruh dunia, dan kami telah berulang kali menekankannya selama lebih dari dua dekade," kata Smith dalam email kepada staf, sebagaimana dikutip Al-Jazeera.
Microsoft telah memberi tahu Kementerian Pertahanan Israel tentang "keputusannya untuk menghentikan dan menonaktifkan langganan IMOD tertentu dan layanannya, termasuk penggunaan penyimpanan cloud dan layanan serta teknologi AI tertentu."
Smith memastikan tindakan tersebut tidak memengaruhi layanan keamanan siber Microsoft untuk Israel dan negara-negara lain di Timur Tengah.
Keputusan Microsoft muncul setelah meningkatnya tekanan dari karyawan dan investor yang khawatir tentang hubungan perusahaan dengan operasi militer Israel di Gaza.
Israel melancarkan agresi ke Palestina pada Oktober 2023. Sejak saat itu, mereka tak henti menggempur warga dan objek sipil.
Imbas agresi brutal tersebut, lebih dari 65.000 warga di Palestina tewas, ratusan ribu rumah dan fasilitas sipil hancur, hingga jutaan orang terpaksa menjadi pengungsi.
(fra/afp/fra)