PBB Rilis Daftar Perusahaan yang Bantu Genosida Israel di Palestina, tak Ada Danone

10 hours ago 3

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perserikatan Bangsa‑Bangsa (PBB) merilis laporan terbaru terkait perusahaan mana saja yang membantu agresi militer Israel ke Palestina. Dalam laporan tersebut tidak ditemukan Danone sebagai salah satu perusahaan yang membantu genosida zionis Israel terhadap warga Palestina.

"Perusahaan-perusahaan ini tidak lagi hanya terlibat dalam pendudukan, mereka mungkin terlibat dalam ekonomi genosida," kata Pelapor Khusus PBB, Francesca Albanese dalam laporannya seperti dikutip Aljazeera.

Albanese menyebutkan ada 48 perusahaan mulai dari teknologi, militer, konstruksi sipil, energi, finansial hingga agrikultur yang terlibat dalam genosida tersebut. Perusahaan-perusahaan itu terlibat dan memiliki peran masing-masing dalam penjajahan Israel di Tepi Barat dan Gaza.

Adapun, sejumlah perusahaan itu yakni Microsoft, Alphabet Inc.- yang merupakan perusahaan induk Google dan Amazon. Perusahaan-perusahaan ini memberikan akses teknologi AI dan komputasi awan alias cloud kepada Israel untuk meningkatkan kapasitas pemrosesan data dan pengawasannya.

Sementara di sektor pertanian, Bright Dairy & Food dari China merupakan pemilik mayoritas Tnuva, konglomerat makanan terbesar di Israel. Mereka mendapatkan keuntungan dari tanah warga Palestina yang disita di pos-pos terdepan ilegal Israel.

Perusahaan yang terlibat dalam sektor konstruksi sipil antara lain Caterpillar, Rada Electronic Industries milik Leonardo, HD Hyundai dari Korea Selatan, dan Volvo Group dari Swedia. Korporasi ini menyediakan mesin berat untuk pembongkaran rumah dan pembangunan permukiman ilegal di Tepi Barat

Sedangkan perusahaan finansial yang terlibat genosida Israel di Palestina yakni BNP Paribas dari Prancis dan Barclays dari Inggris. Keduanya membantu Israel agar memungkinkan menahan premi suku bunga meskipun terjadi penurunan peringkat kredit.

Sementara, nama-nama perusahaan yang besar di Indonesia seperti KFC, Danone, Pizza Hut, Aqua hingga Unilever dan sebagainya tidak masuk dalam laporan resmi tersebut. Padahal, perusahaan-perusahaan tersebut kerap muncul dalam daftar boikot yang beredar liar di Indonesia.

Tidak ada kaitan langsung maupun tidak langsung dari Danone ataupun Aqua yang bisa dikaitkan dengan dukungan terhadap agresi Israel ke Palestina. Temuan ini sekaligus menjadi klarifikasi terhadap berbagai narasi di media sosial yang selama ini mengaitkan Danone, khususnya produk-produk seperti Aqua dengan dukungan terhadap Israel.

Laporan tersebut juga selaras dengan data Komisioner Tinggi untuk HAM (OHCHR) PBB yang tidak memasukan Danone ke dalam daftar perusahaan yang diduga terafiliasi dengan Israel. Data-data resmi ini menguatkan bahwa semua tuduhan terhadap Danone, serta ajakan boikot produk‑produknya adalah tanpa fakta dan cenderung motivasi persaingan bisnis semata.

Hal ini sebagaimana diwaspadai Ekonom International Islamic University Malaysia, Nurizal Ismail. Dia mengatakan bahwa boikot yang dilakukan atas dasar persaingan usaha, bukan kemanusiaan sangat merugikan, termasuk ekonomi di dalam negeri.

Ekonom Mumtaz Foundation mewanti-wanti agar jangan sampai produk yang sebenarnya tidak terafiliasi tetapi karena ada saham dari luar negeri akhirnya terdampak dan menjadi korban boikot. Padahal, sambung dia, itu merupakan produk lokal yang telah menyerap tenaga kerja dan melakukan banyak kegiatan positif bagi masyarakat.

"Jadi bisa ada penumpang gelap yang bermain. Produk-produk tertentu yang sebenarnya lokal tapi difitnah sebagai terafiliasi dengan Israel padahal tidak," katanya.

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |