Permintaan Global Naik, Hilirisasi Kelapa Jadi Prioritas Indonesia

10 hours ago 2

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menegaskan, hilirisasi sektor pertanian akan menjadi fokus utama pemerintah dalam meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk dalam negeri. Salah satu komoditas yang menjadi prioritas adalah kelapa.

Hal ini mengingat ketersediaan bahan baku kelapa yang melimpah di Tanah Air. Menurutnya, kebijakan tersebut sesuai dengan arahan Presiden Prabowo Subianto. Amran menyampaikan hal itu saat menerima kunjungan Duta Besar (Dubes) Republik Indonesia untuk Sri Lanka, Dewi Agustina Tobing, di Jakarta, Jumat (13/6/2025).

Menurut Mentan, saat ini terjadi pergeseran pola konsumsi di sejumlah negara—terutama di China—dari susu ke santan dan produk kelapa lainnya seperti virgin coconut oil (VCO). Kondisi ini menjadi peluang besar bagi Indonesia sebagai salah satu negara penghasil kelapa terbesar di dunia.

“Ini adalah berkah bagi Indonesia karena negara-negara Eropa tidak memiliki iklim yang memungkinkan untuk menanam kelapa,” kata Amran, seperti tertulis dalam keterangan resmi Kementerian Pertanian, dikutip Ahad (15/6/2025).

Ia menambahkan, dari sekitar 2 juta ton kelapa yang diekspor Indonesia setiap tahun dalam bentuk bahan mentah, nilai ekspornya mencapai sekitar Rp 20 triliun. Namun, apabila kelapa tersebut diolah menjadi produk hilir, nilainya bisa meningkat dua hingga tiga kali lipat.

“Kalau dihilirisasi, potensi nilainya bisa mencapai Rp 40 hingga Rp 60 triliun. Ini yang ingin kita dorong ke depan,” ujar Amran.

Dalam upaya memperluas ekspansi hilirisasi, Mentan juga menjajaki peluang kerja sama dengan negara sahabat. Pada pertemuan dengan Dubes RI untuk Sri Lanka, dibahas potensi kolaborasi dalam mengembangkan industri olahan kelapa dengan Sri Lanka.

Dubes Dewi Agustina Tobing menjelaskan, perusahaan-perusahaan di Sri Lanka memiliki teknologi pengolahan kelapa yang canggih, termasuk untuk sabut dan batok kelapa. Teknologi ini dinilai sangat cocok dan bermanfaat jika diterapkan di Indonesia.

“Perusahaan Sri Lanka sangat tertarik untuk berinvestasi di Indonesia. Mereka memiliki teknologi yang mampu mengolah seluruh bagian kelapa menjadi produk bernilai tinggi,” kata Dewi.

Selain kelapa, keduanya juga membahas kemungkinan kerja sama di komoditas teh. Menurut Dubes Dewi, beberapa perusahaan Sri Lanka berminat berinvestasi dalam pengolahan teh di Indonesia guna meningkatkan nilai tambah produk teh nasional.

“Dengan pengolahan yang tepat, nilai produk teh kita bisa jauh lebih tinggi,” ujarnya.

Dubes Dewi juga menyampaikan bahwa capaian Indonesia dalam produksi beras menjadi perhatian pemerintah Sri Lanka. Bahkan, kata dia, Presiden dan sejumlah pejabat tinggi negara tersebut menyatakan minat mempererat kerja sama dengan Indonesia, khususnya di bidang ketahanan pangan.

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |