Petani RI Siap Siaga Musim Hujan, BMKG Ingatkan Sesuaikan Musim Tanam

10 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meminta petani melakukan penyesuaian musim tanam. Menyusul adanya proyeksi terbaru mengenai musim hujan tahun 2025/2026.

BMKG memprediksi, musim hujan tahun 2025/2026 akan tiba lebih cepat, dengan estimasi masa puncak bervariasi. Menurut Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, sebagian wilayah di Indonesia telah memasuki musim hujan sejak Agustus 2025. Dan bertahap akan meluas ke sebagian besar wilayah RI pada periode September-November 2025.

Dia pun mengingatkan agar mengantisipasi dampak-dampak yang timbul saat musim hujan.

"Secara umum, sifat hujan pada musim hujan 2025/2026 diprediksikan berada pada kategori normal (69,5%), artinya curah hujan musiman tidak jauh berbeda dengan biasanya. Namun, terdapat 193 ZOM (27,6%) yang berpotensi mengalami musim hujan dengan sifat atas normal, di antaranya sebagian besar Jawa Barat, sebagian Jawa Tengah, beberapa wilayah Sulawesi, serta Maluku dan Papua. Selain itu, terdapat pula 20 ZOM (2,9%) yang diprediksi mengalami musim hujan bawah normal," kata Dwikorita dalam keterangannya, dikutip Senin (15/9/2025). 

"Dengan kondisi ini, potensi ancaman bahaya hidrometeorologi yang dapat menyebabkan dampak seperti banjir, banjir bandang, genangan air, tanah longsor, dan angin kencang tetap perlu diwaspadai, terutama pada wilayah dengan prediksi curah hujan atas normal," ujarnya. 

Dia meminta kementerian/lembaga, pemerintah daerah, sektor terkait, dan masyarakat untuk meningkatkan kesiapsiagaan. Penyesuaian kalender tanam pertanian, pengelolaan waduk dan irigasi, perbaikan drainase, pengendalian hama di perkebunan, hingga langkah mitigasi dampak ancaman bahaya hidrometeorologi harus dilakukan sejak dini agar dampak dapat ditekan.

Tak hanya itu, dia meminta semua pemangku kepentingan, baik pemerintah pusat, daerah, maupun masyarakat luas, memanfaatkan informasi cuaca dan iklim yang disediakan BMKG sebagai dasar dalam perencanaan dan pengambilan keputusan.

Dia mengimbau penyesuaian jadwal tanam agar tidak bertepatan puncak hujan, pemilihan varietas tahan genangan, perbaikan irigasi/ drainase, serta dukungan pemerintah melalui benih cadangan, informasi iklim, dan asuransi pertanian.

"BMKG menekankan pentingnya langkah antisipasi di berbagai sektor dalam menghadapi musim hujan ini. Pada sektor pertanian, misalnya, penyesuaian jadwal tanam, penggunaan varietas tahan genangan, serta perbaikan irigasi dan drainase menjadi kunci agar produksi tidak terganggu," terangnya.

"Di sektor perkebunan, kelembaban tinggi perlu diantisipasi melalui pengendalian hama dan penyakit, pengelolaan drainase yang baik, serta penyesuaian pemupukan. Sementara pada sektor energi, pengelola waduk perlu mengoptimalkan pengisian sejak awal musim dan menyesuaikan operasi waduk dengan puncak hujan agar ketersediaan air dan energi tetap terjaga," tambah Dwikorita. 

Sementara itu, Deputi Bidang Klimatologi BMKG Ardhasena Sopaheluwakan menjelaskan, faktor global dan regional turut memengaruhi dinamika musim hujan tahun ini. Pada Agustus 2025, fenomena El Nino-Southern Oscillation (ENSO) dalam kondisi netral (indeks -0,34), sehingga tidak ada pengaruh signifikan dari Samudra Pasifik. Di sisi lain, Indian Ocean Dipole (IOD) tercatat dalam kondisi negatif (indeks -1,2), menandakan adanya suplai tambahan uap air dari Samudra Hindia ke wilayah Indonesia khususnya bagian barat.

Selain itu, kata dia, suhu muka laut di perairan sekitar Indonesia lebih hangat (+0,42) dari rata-rata klimatologis, sehingga memicu pembentukan awan hujan lebih intensif. ENSO netral diprediksikan bertahan hingga akhir 2025, sementara IOD negatif diperkirakan berlangsung hingga November 2025.

"Kondisi musim hujan yang maju dari normal memberikan manfaat positif bagi petani untuk menyesuaikan pola tanam lebih dini, guna meningkatkan produktivitas sekaligus mendukung upaya swasembada pangan," kata Ardhasena.

Proyeksi Curah Hujan

Sebelumnya dalam Prediksi Musim Kemarau Tahun 2025 di Indonesia (Pemutakhiran Mei 2025) yang dirilis BMKG pada 2 Juni 2025 lalu, puncak musim kemarau di Indonesia secara umum diproyeksikan berlangsung antara bulan Juli-Agustus 2025. BMKG menyebut, musim kemarau di Indonesia tahun 2025 ini akan lebih pendek, khususnya di Jawa, Sulawesi, dan Bali Nusa Tenggara.

Sementara itu, dalam Analisis Dinamika Atmosfer Dasarian I September 2025 yang dirilis hari ini, Senin (15/9/2025) di situs resmi, BMKG mengungkapkan, berdasarkan jumlah ZOM, sebanyak 51% (355 ZOM) wilayah Indonesia saat ini masuk musim kemarau.

Pada periode September II - Oktober I 2025, BMKG memprediksi curah hujan di Indonesia pada umumnya berada di kriteria rendah - menengah (0-150 mm/dasarian).
Namun, ada wilayah yang diprediksi mengalami hujan kategori tinggi-sangat tinggi (>150 mm/dasarian), yaitu:

- Pada September II 2025 meliputi sebagian kecil Sumatra Utara, sebagian kecil Sumatra Selatan, sebagian Bangka Belitung, sebagian Banten, sebagian Jawa Barat, sebagian kecil Jawa Timur, sebagian Kalimantan Barat, sebagian Kalimantan Tengah, sebagian kecil Kalimantan Timur, sebagian kecil Sulawesi Barat, sebagian Maluku, sebagian Papua Barat Daya, sebagian Papua Barat, sebagian Papua, sebagian Papua Tengah dan sebagian Papua Selatan

- September III 2025 meliputi sebagian Jawa Barat, sebagian NTT, sebagian Papua Barat Daya, dan sebagian Papua Barat

- Oktober I 2025 meliputi sebagian kecil Bengkulu, sebagian Banten, sebagian Jawa Barat, sebagian Jawa Tengah, sebagian kecil Jawa Timur, sebagian Bali, sebagian NTT, sebagian Kalimantan Barat, sebagian Kalimantan Tengah, sebagian kecil Kalimantan Timur, sebagian Sulawesi Barat, sebagian Papua Barat Daya, sebagian Papua Barat, sebagian kecil Papua, sebagian kecil Papua Tengah dan sebagian Papua Selatan.

Prediksi Musim Hujan 2025/2026

BMKG memprediksi, dari 699 Zona Musim (ZOM) di Indonesia, sebanyak 79 ZOM (11,3%) diprediksi akan memasuki musim hujan pada September 2025, meliputi sebagian besar Sumatra Utara, sebagian Riau, Sumatra Barat bagian utara, Jambi bagian barat, Bengkulu bagian utara, Bangka Belitung bagian selatan, Sumatra Selatan, sebagian kecil Jawa, Kalimantan Selatan, dan sebagian Papua Selatan.

Sebanyak 149 ZOM (21,3%) lainnya diprediksikan memasuki musim hujan pada Oktober 2025, yang meliputi sebagian Lampung, sebagian besar Pulau Jawa, Bali, sebagian Nusa Tenggara Barat, Sulawesi bagian selatan, dan Papua bagian tengah.

Sementara itu, 105 ZOM (15%) akan mulai mengalami musim hujan pada November 2025, yang meliputi sebagian besar Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur, Sulawesi bagian tengah dan tenggara, sebagian Maluku, sebagian Papua Barat, serta sebagian Papua.

"Jika dibandingkan dengan rata-rata klimatologis 1991-2020, sebanyak 294 ZOM (42,1%) akan mengalami awal musim hujan yang lebih cepat (maju), 50 ZOM (7,2%) sama dengan normalnya, dan 56 ZOM (8,0%) akan mengalami musim hujan yang lebih lambat (mundur). Dengan kata lain, mayoritas wilayah Indonesia diprediksikan menghadapi musim hujan lebih cepat dari biasanya," tambah Dwikorita.

Prakiraan Musim Hujan 2025/2026 dan Update Kondisi Cuaca Indonesia, Sumber: Paparan BMKG dalam konferensi pers, Jumat (12/9/2025). Tangkapan Layar Youtube BMKGFoto: Prakiraan Musim Hujan 2025/2026 dan Update Kondisi Cuaca Indonesia, Sumber: Paparan BMKG dalam konferensi pers, Jumat (12/9/2025). Tangkapan Layar Youtube BMKG
Prakiraan Musim Hujan 2025/2026 dan Update Kondisi Cuaca Indonesia, Sumber: Paparan BMKG dalam konferensi pers, Jumat (12/9/2025). Tangkapan Layar Youtube BMKG


(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Prabowo Pamer Kehebatan Sektor Pertanian Indonesia ke PM Fiji

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |