PM Anwar Pede Malaysia Tak Akan Resesi Imbas Tarif Trump

7 hours ago 2

Jakarta, CNN Indonesia --

Perdana Menteri Anwar Ibrahim yakin Malaysia tak akan mengalami resesi ekonomi meski terkena tarif resiprokal Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

Malaysia dikenai tarif timbal balik Trump sebesar 24 persen. Aturan ini akan berlaku pada 9 April.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Untuk saat ini, izinkan saya meyakinkan Anda bahwa pemerintah tak memperkirakan terjadinya resesi di Malaysia," kata Anwar dalam video yang diunggah di Instagram, Minggu (6/4).

Lebih lanjut, Anwar mengatakan Malaysia tak akan mengenakan tarif pembalasan dan menegaskan basis ekonomi mereka tetap kuat.

"Fondasi ekonomi makro Malaysia tetap kuat termasuk pengeluaran rumah tangga yang kuat, investasi domestik yang kuat dan penerimaan pariwisata yang sehat," ungkap dia.

Malaysia, kata Anwar, dalam posisi siap dalam menghadapi tantangan saat ini. Namun, dia menyoroti perlu pengkajian ulang pertumbuhan ekonomi jika tarif 24 persen betul-betul diterapkan.

[Gambas:Video CNN]

Dalam rekaman tersebut, Anwar juga menegaskan tarif yang dijatuhkan Trump sebagai ancaman terhadap sistem perdagangan dan investasi global.

Dia memandang penetapan tarif timbal balik sebagai penolakan terhadap prinsip-prinsip perdagangan bebas, non diskriminatif, terbuka, bisa diprediksi di bawah Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

"Hal ini menyentuh inti jati diri Malaysia sebagai negara perdagangan non-blok, yang berdampak ke kehidupan dan keamanan ekonomi warga Malaysia yang bergantung ke akses terbuka dan adil di pasar internasional," kata Anwar.

Sebagai tujuan utama investasi asing langsung di AS, Anwar mengatakan dampak jangka menengah hingga panjang akan menjadi tantangan.

Pasalnya, tarif baru tersebut bisa berdampak buruk terhadap banyak industri Malaysia, termasuk tekstil, furnitur, karet, dan plastik.

[Gambas:Instagram]

Sementara itu, pengamat memperkirakan tarif Trump bisa memicu resesi di Indonesia. Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira akan berdampak signifikan ke ekonomi Indonesia.

"Bisa picu resesi ekonomi Indonesia di kuartal IV 2025," kata Bhima di Jakarta, Kamis (3/4) dikutip dari Antara.

Bukan hanya akan berdampak pada kuantitas ekspor Indonesia ke AS, namun juga bisa turut memberikan dampak negatif berkelanjutan ke volume ekspor ke negara lain.

Ia juga menyoroti beberapa sektor industri yang bakal terdampak paling besar dari tarif tersebut. Menurut Bhima, sektor otomotif dan elektronik Indonesia bakal di ujung tanduk.

Hal tersebut dikarenakan konsumen AS menanggung tarif dengan harga pembelian kendaraan yang lebih mahal yang menyebabkan penjualan kendaraan bermotor turun di AS.

(isa/chri)

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |