Prof Ali Khomsan: Kebersihan dan Cara Simpan Makanan Kunci Hindari Keracunan

3 hours ago 2

Siswa korban keracunan usai menyantap menu makan bergizi gratis (MBG) menjalani perawatan medis di Posko Penanganan di Kantor Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Rabu (24/9/2025). Sekretaris Daerah (Sekda) Pemprov Jawa Barat Herman Suryatman mengatakan sebanyak 500 pelajar di Kecamatan Cipongkor mengalami keracunan yang diduga akibat menyantap hidangan makan bergizi gratis pada (24/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guru Besar Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof Dr Ir Ali Khomsan MS, mengingatkan masyarakat agar memperhatikan cara penyimpanan makanan untuk mencegah keracunan. Menurutnya, makanan yang tidak segera dikonsumsi sebaiknya disimpan dalam wadah kedap udara agar terhindar dari kontaminasi.

“Ketika kita akan membawa makanan itu keluar untuk disantap siang hari dan sebagainya, itu yang harus diperhatikan adalah tutupnya harus rapat, tidak mudah terkontaminasi oleh cemaran-cemaran yang dari luar,” kata Ali, Rabu (24/9/2025).

Ia mengatakan makanan yang baru dimasak bisa disimpan dalam wadah yang memiliki tutup rapat. Namun disarankan untuk menunggu sedikit dingin terlebih dahulu sebelum ditutup rapat.

Hal ini agar uap panas tidak terperangkap di dalam wadah dan uap panasnya tidak terkena makanan yang bisa memengaruhi kualitas makanan.

Selain itu, penyebab keracunan makanan juga bisa disebabkan karena pengolahan bahan makanan yang dimasak belum matang. Sehingga masih banyak bakteri di dalamnya yang belum mati.

“Pengolahan makanan yang tidak optimal, kurang matang sehingga masih banyak bakteri yang ada di dalam makanan dari makanan mentah sebelumnya misalnya, dalam memasak daging kurang matang baik daging ayam atau daging sapi. Itu semuanya bisa menjadi penyebab terjadinya keracunan makanannya,” kata Ali.

Ia juga mengatakan saat memasak air juga dipastikan sumber air tidak terkontaminasi bakteri yang bisa menyebabkan keracunan. Ali mengatakan jika mendapati anak keracunan segera kirim ke klinik kesehatan atau puskesmas terdekat untuk mendapatkan penanganan kesehatan yang optimal sehingga dampak yang lebih fatal bisa dihindari.

Apabila gejala keracunan cukup fatal seperti muntah atau diare terus menerus maka harus dirawat oleh dokter agar bisa diberikan infus dan obat sehingga kondisinya akan semakin baik.

Ia juga menyebut penggunaan air kelapa sebagai salah satu terapi bisa dilakukan namun bukan berarti sebagai penanganan utama saat keracunan. Air kelapa bisa menggantikan elektrolit yang keluar ketika seseorang diare atau muntah akibat keracunannya, dan sebagian mungkin bisa menetralisir keracunan yang terjadi, namun sifatnya hanya sementara dan tetap perlu penanganan tenaga kesehatan.

Untuk menghindari keracunan, Ali menyarankan untuk menjaga kebersihan diri dan bahan makanan yang akan dikonsumsi. Serta mempertimbangkan pengolahan makanan yang baik dari sumber bahan makanan yang baik juga.

sumber : Antara

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |