Resep Kampanye Ekonomi Syariah di Era Digital

4 hours ago 3

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Penguatan literasi ekonomi syariah di era digital menghadapi sejumlah tantangan yang tidak mudah. Perlu strategi dan perencanaan yang matang agar kampanye ekonomi syariah berhasil serta diterima masyarakat.

Hal itu dikatakan oleh praktisi komunikasi yang juga pegiat literasi ekonomi syariah Erwin Dariyanto,  dalam Training of Trainer (ToT) Ekonomi Syariah yang digelar oleh Bank Indonesia bekerjasama dengan Forum Jurnalis Wakaf dan Zakat Indonesia (Forjukafi). ToT tersebut digelar selama dua hari sejak Jumat (14/11) hingga Sabtu (15/11) di Jakarta.

Erwin menerangkan bahwa salah satu medium yang bisa digunakan untuk mengkampanyekan ekonomi syariah adalah melalui media massa.  Namun di era digital seperti saat ini kampanye di media massa memiliki setidaknya dua tantangan yakni rendahnya minat baca dan perubahan perilaku masyarakat dalam mengkonsumsi informasi.  

Dua tantangan ini, menurut Erwin harus disikapi dengan serius. Menghadapi rendahnya minat baca masyarakat misalnya, harus disikapi dengan membuat artikel-artikel ringan yang menarik.

"Masyarakat suka dengan berita berita ringan, menarik dan inspiratif. Mereka tidak suka dengan berita dengan bahasa, katakanlah terlalu tinggi yang sulit dipahami," kata Erwin saat memberikan pelatihan, Sabtu (16/11/2025)

Menurutnya, Bank Indonesia, serta kementerian dan lembaga yang terkait dengan literasi ekonomi syariah harus berkolaborasi dengan para jurnalis dan praktisi komunikasi. Hal ini penting karena banyak istilah istilah dalam ekonomi syariah yang masih sulit dipahami masyarakat awam.

Menurut Erwin banyak istilah ekonomi syariah hanya bisa dipahami oleh para akademisi, praktisi dan pelaku industri syariah. Padahal kampanye ekonomi syariah harus menyasar semua pihak hingga level masyarakat umum.

"BI (Bank Indonesia) bersama kementerian dan lembaga terkait ekonomi syariah harus duduk bareng dengan jurnalis, praktisi dan akademisi untuk merumuskan kampanye ekonomi syariah dengan bahasa ringan yang mudah dipahami masyarakat," ujar Erwin yang juga Ketua Departemen di Forjukafi.

Selain dengan judul ringan, menarik, dan bahasa mudah dipahami, Erwin menerangkan, artikel ekonomi syariah bisa dilengkapi dengan infografis, tabel, foto juga video. Visualisasi artikel bisa mengatasi masalah rendahnya minat baca masyarakat.

"Orang yang awalnya tidak tertarik (membaca) namun karena fotonya menarik, infografisnya bagus, ada video jadi tertarik untuk membaca," jelas Erwin.

Ia menambahkan, sementara menghadapi tantangan perubahan perilaku masyarakat dalam mendapatkan informasi harus disikapi dengan inovasi, dan adaptasi. Di era digital saat ini masyarakat lebih banyak menerima informasi dari media sosial.

Kampanye ekonomi syariah harus dilakukan menggunakan semua platform yang sedang trend di masyarakat. Apakah itu YouTube, Twitter, Instagram, Tiktok atau Facebook.

Mengakhiri paparannya, Erwin mengajak para jurnalis, pegiat kehumasan di kementerian dan lembaga yang jadi peserta ToT untuk tak henti henti mengkampanyekan literasi ekonomi syariah.

"Kolaboratif, dan inovatif. Dalam melakukan penguatan literasi ekonomi syariah, jangan ragu untuk melakukan ATM: amati, tiru dan modifikasi," kata Erwin.

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |