Silat, Surau, dan Bidasari

6 hours ago 2

Tujuh pesilat dari Silat Harimau Minangkabau Kelompok Belajar Bidasari berfoto setelah menerima sertifikat dan hadiah uang di acara kemah di Taman Wisata Bantoroyo. Sumber: priyantono oemar

Tujuh pesilat dari Kelompok Belajar Bidasari ini akan mewakili Sumatra Barat dalam Festival Olahraga Masyarakat Nasional (Fornas) di NTB pada Juli 2025. “Sumatra Berat mengirim 15 pesilat, delapan pesilat lagi dari Padang, Kayu Tanam, dan Pasaman,” ungkap Tomi Panduko Sutan, pelatih silat harimau minangkabau Kelompok Belajar Bidasari, di Kapau, Senin (16/6/2025).

Di masa lalu, silat dan surau tak terpisahkan di alam Minangkabau. Di surau, anak-anak Minangkabau memperdalam pelajaran agama dan belajar silat harimau minangkabau.

Para pesilat harimau mingkabau ini bersama para peserta didik lainnya di Kelompok Belajar Bidasari berkemah di Taman Wisata Bantoroyo. Ada sekitar 60 yang ikut kemah pada Sabtu-Ahad, 7-8 Juni 2025.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Pada Sabtu malam, Andi Sahrandi, pendiri Kelompok Belajar Bidasari, memberikan hadiah berupa uang kepada para juara. Pada acara kemah itu, diserahkan pula sertifikat kepada para pesilat harimau minangkabau yang ikut Festival Pandeka Batagak Sumatra Barat 2025.

Festival yang diadakan di Batusangkar itu menjadi ajang seleksi untuk peserta yang akan mewakili Sumatra Barat di Fornas 2025. Di festival itulah Silat Harimau Minangkabau Kelompok Belajar Bidasari terpilih sebagai juara umum. Dari 13 pesilat yang dikirim, tujuh di antaranya meraih juara,

Kompleks Kelompok Belajar Bidasari di Kapau, Kabupaten Agam, Sumatra Barat. Foto: priyantono oemar

Kelompok Belajar Bidasari didirikan oleh Andi sebagai dedikasi untuk ibunya, Hj Bidasari. Ia mendapat wasiat dari ibunya untuk membantu kampung halaman.

Andi memenuhi wasiat itu, kendati Andi hanya tinggal sebentar di Kapau. Usia enam tahun ia pindah ke Jakarta, ikut pamannya, Sulaeman Zainuddin, penulis buku-buku pelajaran bahasa Indonesia yang bekerja di Seksi Bahasa Indonesia, Bagian Bahasa, Jawatan Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan.

Pada awalnya, Kelompok Belajar Bidasari ini dipimpin oleh Ustaz Zaituni. Pada saat itu peserta hanya belajar computer dan bahasa Inggris. Wali Nagari Kapau Doddi Fatra mengaku juga belajar komputer di Kelompok Belajar Bidasari saat ia masih kuliah.

Nama almarhum Zaituni diabadikan sebagai nama surau atau mushala yang dibangun di Kelompok Belajar Bidasari. Kata Doddi, kehadiran surau ini akan melengkapi kehadiran Kelompok Bidasari dalam membimbing anak-anak Kapau.

“Ini sesuai dengan program Bangkik dari Surau yang dicanangkan Bupati Agam,” ujar Doddi saat peresmian Mushala Zaituni, Kamis (5/6/2025).

Peresmian Mushala Zaituni Kelompok Belajar Bdasari. Foto: priyantono oemar

Peresmian Mushala Zaituni dihadiri oleh Radmira, istri Zaituni, bersama ketiga anaknya. Hadir pula mantan Walikota Bukittinggi, yang merupakan warga Kapau, Drs H Jufri.

Wakil Dekan Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah UIN Bukittinggi Dr Junaidi juga mengaku pernah belajar di Kelompok Belajar Bidasari. Ia bahkan bertemu pasangan hidupnya juga di kelompok belajar ini.

Junaidi kini menjadi ketua umum Kelompok Belajar Bidasari. Ia didampingi Majid, staf pemerintahan di Nagari Kapau, syang menjadi ketua harian.

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |