Skandal Pekerja, Merek Mewah Ini Masuk Radar Pengadilan Italia

5 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Merek fesyen mewah asal Italia, Loro Piana, kini berada di bawah pengawasan pengadilan negara itu selama satu tahun terkait dugaan eksploitasi pekerja dalam rantai pasokannya. Putusan ini dikeluarkan oleh Pengadilan Milan menyusul penyelidikan panjang terhadap praktik subkontrak industri barang mewah di Italia.

Melansir Reuters pada Selasa (15/7/2025), Loro Piana, bagian dari grup LVMH milik miliarder Bernard Arnault, menjadi perusahaan kelima yang menghadapi pengawasan semacam ini, setelah Valentino, Dior, Armani, dan Alviero Martini.

Kasus ini mencuat setelah otoritas Italia menangkap seorang pemilik bengkel asal China di Milan yang memproduksi jaket kasmir berlabel Loro Piana. Pemilik tersebut dilaporkan memukul pekerjanya yang menuntut upah 10.000 euro atau sekitar Rp189 juta yang belum dibayar.

Polisi menemukan 10 pekerja China, termasuk lima imigran ilegal, dipaksa bekerja 90 jam seminggu dengan bayaran hanya 4 euro (sekitar Rp75 ribu) per jam. Mereka bahkan tidur di ruang darurat dalam pabrik.

"Loro Piana gagal mengawasi pemasoknya secara memadai demi mengejar keuntungan lebih besar," tulis Pengadilan Milan dalam dokumennya, menyebut bahwa praktik seperti ini sudah menjadi "metode manufaktur yang digeneralisasi dan dikonsolidasikan" di industri mode Italia.

Jaksa menilai perusahaan mewah cenderung mengalihdayakan produksi ke pihak ketiga untuk menekan biaya tenaga kerja, sekaligus menghindari tanggung jawab hukum atas kondisi kerja yang tidak manusiawi.

Loro Piana menyatakan telah memutus kerja sama dengan pemasok terkait sejak Mei lalu setelah mengetahui adanya subkontrak ilegal. "Kami terus memperkuat sistem kontrol dan audit untuk menjamin kepatuhan terhadap standar kualitas dan etika kami," tegas perusahaan dalam pernyataan resminya.

Berdasarkan investigasi, Loro Piana diketahui menyubkontrakkan produksi melalui dua perusahaan perantara ke tiga bengkel milik warga China di wilayah Milan. Salah satu pemilik perusahaan perantara mengaku memproduksi hingga 7.000 jaket per tahun untuk Loro Piana dengan bayaran 118-128 euro (Rp2.2 juta-2.4 juta) per jaket, jauh di bawah harga jual eceran yang mencapai lebih dari 5.000 euro (Rp94 juta) per potong di situs resminya.

Meski Loro Piana tidak dikenai tuntutan pidana, pengadilan menilai perusahaan tetap bertanggung jawab karena membiarkan rantai produksi berjalan tanpa pengawasan.

Italia diketahui menyumbang lebih dari separuh produksi barang mewah global. Namun, di balik kemewahan tersebut, ribuan produsen kecil rentan menyembunyikan praktik eksploitasi demi efisiensi biaya.

Pada Mei lalu, sejumlah merek fesyen Italia telah menandatangani perjanjian dengan otoritas hukum untuk memerangi eksploitasi pekerja. Namun, menurut pengadilan, "rantai produksi yang dipimpin Loro Piana masih beroperasi hingga saat ini."

Frederic Arnault, putra dari bos LVMH Bernard Arnault, baru ditunjuk sebagai CEO Loro Piana pada Juni lalu. Skandal ini menjadi tantangan awal besar dalam masa kepemimpinannya.


(tfa/tfa)
[Gambas:Video CNBC]

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |