Students Views on the US-China Trade War

6 hours ago 2

Image Bintang Miftahul

Sejarah dunia | 2025-06-16 00:33:46

Persaingan ekonomi antara Amerika Serikat dan Tiongkok merupakan perhatian global yang menarik minat mahasiswa di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Sebagian besar mahasiswa meyakini bahwa konflik ini berdampak negatif terhadap stabilitas ekonomi global, khususnya bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia. Mereka menyatakan bahwa persaingan antara dua kekuatan ekonomi tersebut menimbulkan ketidakstabilan yang menghambat perdagangan internasional dan investasi asing.

Penelitian yang dilakukan oleh Rudi Purwono dari Universitas Airlangga mendukung pandangan ini dengan menunjukkan bahwa perang dagang antara AS dan Tiongkok berdampak buruk pada pola perdagangan global dan secara tidak langsung memengaruhi negara-negara pihak ketiga seperti Indonesia. Karena Tiongkok merupakan pusat penting dalam sistem perdagangan Asia, gangguan pada ekspornya akibat tarif dapat menurunkan permintaan terhadap barang setengah jadi dari Indonesia, yang pada akhirnya menyebabkan penurunan ekspor dan melemahnya daya saing.

Alasan utama mengapa banyak mahasiswa meyakini hal ini adalah karena Indonesia sangat bergantung pada hubungan dagang dengan kedua negara tersebut. Ketika Amerika Serikat dan Tiongkok menaikkan tarif dan membatasi impor serta ekspor, dampaknya tidak hanya dirasakan oleh kedua negara itu saja, tetapi juga oleh mitra dagangnya, seperti Indonesia. Kenaikan biaya bahan baku, keterlambatan pengiriman produk, dan menurunnya minat investor asing merupakan beberapa dampak langsung dari konflik ini. Dalam sebuah studi yang dilakukan oleh Suparman (2021), disebutkan bahwa perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok telah memicu penurunan kinerja ekspor negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, akibat ketidakpastian perdagangan global.

Selain dampak langsung terhadap perdagangan dan investasi, ketegangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok juga menimbulkan ketidakpastian pasar yang luas, yang menghambat perusahaan dan investor asing dalam membuat rencana jangka panjang. Ketika ketegangan meningkat, pelaku pasar sering menunda keputusan investasi dan pengembangan usaha karena kekhawatiran terhadap ketidakstabilan ekonomi dan kebijakan perdagangan yang tidak dapat diprediksi. Hal ini pada akhirnya menghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia, karena ketidakstabilan tersebut mengurangi minat investasi asing dan membatasi peluang ekspor, sehingga menghambat kemajuan sektor ekonomi nasional yang bergantung pada dinamika pasar global.

Selain dampak langsung terhadap perdagangan dan investasi, konflik antara Amerika Serikat dan Tiongkok juga menimbulkan ketidakstabilan pasar yang signifikan, yang mempersulit perencanaan jangka panjang bagi perusahaan dan investor asing. Ketika ketegangan meningkat, para pelaku pasar sering menunda keputusan investasi dan pengembangan usaha karena kekhawatiran terhadap volatilitas ekonomi dan peraturan perdagangan yang tidak dapat diprediksi. Hal ini pada akhirnya menghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia, karena ketidakpastian semacam itu mengurangi minat investasi asing dan membatasi peluang ekspor, sehingga menghambat kemajuan sektor ekonomi domestik yang bergantung pada tren pasar global.

Selain itu, ketidakpastian pasar juga menyebabkan fluktuasi harga komoditas dan nilai tukar mata uang, yang dapat berdampak buruk pada usaha kecil dan menengah di Indonesia yang sangat bergantung pada kestabilan harga dan nilai tukar. Ketidakstabilan ini menjadi hambatan tambahan dalam menjaga stabilitas ekonomi domestik dan memperbesar tantangan dalam mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Sebagai contoh, data dari Kementerian Perdagangan menunjukkan penurunan nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok pada puncak perang dagang pada tahun 2019. Selain itu, ketegangan ini menciptakan ketidakpastian pasar yang menyebabkan banyak perusahaan menunda ekspansi bisnis mereka. Mahasiswa jurusan ekonomi dan hubungan internasional melihat hal ini sebagai bukti nyata bahwa konflik antara dua negara besar dapat menimbulkan dampak yang luas dan kompleks bagi negara-negara lain. Artikel lain dari SHS Web of Conferences juga menyoroti bahwa konflik dagang ini memberikan dampak besar terhadap ketahanan ekonomi kawasan Asia Tenggara, di mana Indonesia berada dalam posisi rentan karena ketergantungannya pada arus perdagangan global (Rahmadani et al., 2024).

Meskipun beberapa mahasiswa melihat konflik ini sebagai peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan hubungan ekonomi dengan negara lain, pandangan ini masih merupakan opini minoritas. Beberapa berpendapat bahwa Indonesia dapat menjadi pasar alternatif bagi negara-negara yang terdampak oleh konflik tersebut. Namun demikian, berdasarkan kesepakatan mayoritas mahasiswa, potensi manfaat tersebut tidak sebanding dengan bahaya dan dampak negatif yang ditimbulkan oleh konflik ini.

Kesimpulannya, mayoritas mahasiswa berpendapat bahwa ketegangan ekonomi antara Amerika Serikat dan Tiongkok lebih banyak membawa kerugian daripada manfaat bagi negara berkembang seperti Indonesia. Tantangan seperti ketidakpastian ekonomi, terganggunya rantai pasok, dan menurunnya investasi asing perlu mendapat perhatian. Oleh karena itu, para mahasiswa berharap kedua negara dapat menyelesaikan sengketa ini secara damai demi stabilitas ekonomi dunia.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |