Studi Menemukan Penyebab Baru Kanker Ovarium Agresif

1 day ago 3

UnsplashUnsplash

Sebuah studi baru dari University of Michigan mengungkap akar genetik dari bentuk kanker ovarium yang mematikan dan mengarah pada strategi pengobatan baru yang potensial.

Penelitian yang dipublikasikan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences ini berfokus pada karsinoma serosa tingkat tinggi—jenis kanker ovarium yang paling umum dan agresif.

Kanker ini biasanya bermula di tuba falopi, menyebar dengan cepat ke ovarium dan organ panggul lainnya, dan biasanya didiagnosis pada stadium lanjut ketika pengobatan saat ini sering kali berhenti bekerja.

Para ilmuwan telah lama mengetahui bahwa karsinoma serosa tingkat tinggi secara genetik rumit, melibatkan banyak perubahan genetik yang tidak stabil. Salah satu gen yang menarik perhatian adalah CDK12.

Studi baru menunjukkan bahwa CDK12 bertindak sebagai penekan tumor, yang berarti ia biasanya membantu mencegah terbentuknya kanker.

Ketika gen ini dimatikan, tumor tumbuh lebih agresif, dan penyakit memburuk lebih cepat.

Tim peneliti mengembangkan model tikus baru yang sangat mirip dengan penyakit manusia.

Mereka memulai dengan model yang dibuat oleh Dr. Kathleen Cho di mana tiga gen penekan tumor telah dimatikan di tuba falopi (setara dengan lokasi manusia tempat kanker ini bermula).

Para ilmuwan kemudian menambahkan gen keempat, CDK12, ke dalam campuran tersebut. Tikus dengan inaktivasi empat gen ini mengembangkan tumor yang lebih agresif, yang mengonfirmasi peran perlindungan penting CDK12.

"Ini adalah pertama kalinya kami melihat bukti yang jelas dalam model tikus bahwa CDK12 membantu mencegah kanker ini. Tanpanya, kanker memburuk lebih cepat, dan tingkat kelangsungan hidup menurun," kata Dr. Arul Chinnaiyan, salah satu penulis utama dan direktur Michigan Center for Translational Pathology.

Yang terpenting, para peneliti menemukan bahwa ketika CDK12 dimatikan, sistem imun merespons dengan mengirimkan sel T (sejenis sel imun) ke tumor.

Hal ini memunculkan kemungkinan yang menarik: menggabungkan obat yang menargetkan efek CDK12 dengan inhibitor titik pemeriksaan imun, sejenis imunoterapi yang membantu sistem imun menyerang kanker.

Untuk mengembangkan hal ini, tim tersebut mengamati gen lain, CDK13, yang bekerja erat dengan CDK12.

Mereka menguji obat yang menargetkan dan mendegradasi CDK12 dan CDK13 pada model tikus.

Jika dikombinasikan dengan imunoterapi, pendekatan ini memperlambat pertumbuhan tumor secara signifikan.

Terapi kombinasi ini dapat menjadi jalur baru yang menjanjikan untuk mengobati wanita dengan bentuk kanker ovarium ini.

“Saat ini, ketika pasien dengan kanker ini menjadi resistan terhadap kemoterapi, langkah selanjutnya sebagian besar adalah coba-coba,” kata Dr. Cho.

“Hanya ada sedikit pilihan pengobatan yang efektif. Itulah mengapa penemuan ini sangat penting—ini memberi kita target spesifik dan arah yang jelas untuk mengembangkan terapi yang lebih baik.”

Penelitian ini juga menjembatani penelitian kanker pada kanker ovarium dan prostat.

CDK12 diketahui berperan dalam sekitar 7% kanker prostat stadium lanjut dan sekitar 3% kanker tubo-ovarium tingkat tinggi.

Tim Chinnaiyan sebelumnya menemukan hasil serupa pada kanker prostat, dan kini penelitian baru ini menunjukkan bahwa obat yang menargetkan CDK12 dan CDK13 dapat bekerja pada kedua kanker tersebut.

Beberapa penghambat CDK12/13 sudah dalam tahap pengembangan, termasuk satu yang dibuat oleh tim Michigan.

Sasaran berikutnya adalah memindahkan penelitian ini ke uji klinis sehingga dapat diuji pada pasien.

Singkatnya, penelitian ini tidak hanya memperdalam pemahaman tentang pendorong genetik utama kanker ovarium tingkat tinggi, tetapi juga menawarkan jalur pengobatan potensial—menggunakan degrader CDK12/13 yang dikombinasikan dengan imunoterapi—untuk meningkatkan hasil bagi pasien yang menghadapi penyakit agresif ini.

Temuan penelitian dapat ditemukan di PNAS.

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |