The Fed Pangkas Suku Bunga, Analis Nilai Emas Jadi Pilihan Investasi Utama

2 hours ago 1

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Financial Analyst Finex, Brahmantya Himawan, menyatakan terdapat peluang besar untuk berinvestasi emas setelah bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (The Fed), kembali memangkas suku bunganya sebesar 25 basis poin (bps) ke level 4–4,25 persen. Ia menuturkan keputusan pemangkasan suku bunga yang diumumkan Rabu (17/9) waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia itu, disertai meningkatnya ketidakpastian geopolitik global, mendorong emas kembali menjadi pilihan utama sebagai aset lindung nilai.

“Pemangkasan suku bunga The Fed menekan imbal hasil riil sehingga opportunity cost memegang emas semakin rendah,” ujar Brahmantya di Jakarta, Kamis (18/9/2025).

Ia mengatakan kondisi tersebut menegaskan kembali relevansi emas dalam portofolio investasi, apalagi sejak pandemi Covid-19 emas konsisten dipandang sebagai instrumen lindung nilai yang paling solid.

Saat ini, lanjutnya, kombinasi suku bunga riil yang rendah, inflasi yang tetap tinggi, dan risiko geopolitik global memperkuat sentimen positif terhadap logam mulia tersebut.

“Dalam sejarah, periode suku bunga riil rendah hingga negatif selalu beriringan dengan reli harga emas,” ujarnya.

Brahmantya menyampaikan, selain faktor makroekonomi, momentum emas juga ditopang tingginya permintaan dari bank sentral negara berkembang, lonjakan investasi ritel, serta arus modal ke reksa dana berbasis emas (exchange traded fund/ETF).

Ia mengatakan sejumlah analis bahkan memperkirakan secara teknikal harga emas berpotensi menembus level resistance di kisaran 3.750–4.000 dolar AS (Rp 61,44 juta–Rp 65,54 juta, kurs Rp 16.385).

Level resistance emas adalah tingkat harga saat tekanan jual cukup kuat untuk menghentikan atau membalikkan kenaikan harga, sehingga dapat mendorong harga kembali turun.

Brahmantya menambahkan, investor ritel dapat memanfaatkan volatilitas emas saat ini untuk strategi jangka pendek maupun jangka panjang.

“Strategi seperti disiplin dengan stop loss (perintah otomatis menjual aset ketika kerugian mencapai batas tertentu), profit taking bertahap (menjual aset untuk mengamankan keuntungan), dan penggunaan metode Dollar-Cost Averaging (DCA/berinvestasi secara rutin) dapat menjadi kunci menghadapi dinamika pasar saat ini,” imbuhnya.

Sementara itu, harga emas Antam yang dipantau dari laman Logam Mulia, Kamis (18/9/2025), turun Rp 17.000 dari Rp 2.115.000 menjadi Rp 2.098.000 per gram, dengan harga jual kembali (buyback) Rp 1.945.000 per gram.

sumber : ANTARA

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |