Tok! Trump Perpanjang Gencatan Dagang dengan China 90 Hari

5 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Amerika Serikat Donald Trump memperpanjang gencatan dagang dengan China selama 90 hari hingga pertengahan November, menunda kenaikan tarif tinggi atas barang-barang asal Negeri Panda hanya beberapa jam sebelum tenggat waktu habis.

Seorang pejabat Gedung Putih mengatakan kepada CNBC bahwa keputusan tersebut merupakan hasil yang sudah diperkirakan dari putaran terbaru pembicaraan antara perunding perdagangan AS dan China yang berlangsung di Stockholm pada akhir Juli.

Tanpa perpanjangan ini, tarif AS terhadap China akan kembali melonjak ke level April lalu, saat perang tarif kedua negara memanas. Pada periode itu, AS memberlakukan tarif umum 145% terhadap impor China, sementara Beijing membalas dengan bea masuk 125% atas barang-barang AS.

Ketegangan mereda pada Mei setelah perunding dari kedua negara bertemu untuk pertama kalinya di Jenewa. Kesepakatan sementara dicapai, yakni AS memangkas tarifnya menjadi 30%, dan China menurunkan tarifnya menjadi 10%.

Langkah terbaru ini mempertegas pola kebijakan perdagangan Trump yang sering berubah-ubah dan sulit diprediksi oleh pelaku bisnis. Dalam beberapa kasus, tarif tinggi yang diumumkan Trump untuk negara tertentu atau sektor spesifik kerap dikurangi, diubah, atau ditangguhkan hanya dalam hitungan hari atau minggu.

Tarif resiprokal yang diluncurkan Trump pada awal April lalu, misalnya, sempat ditangguhkan, lalu ditunda beberapa kali, sebelum akhirnya berlaku pekan lalu dalam bentuk yang telah dimodifikasi.

Selain menunda tarif, Trump juga mengirim sinyal tekanan baru ke Beijing. Melalui unggahan di Truth Social pada Minggu, ia mendesak China untuk "segera melipatgandakan empat kali lipat" pembelian kedelai dari Amerika Serikat.

"Ini juga merupakan cara untuk secara substansial mengurangi defisit perdagangan China dengan AS," tulis Trump.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Scott Bessent berulang kali menyatakan bahwa tarif impor tiga digit yang diberlakukan kedua negara pada musim semi lalu tidak dapat dipertahankan dan pada dasarnya menciptakan embargo dagang di antara dua ekonomi terbesar dunia tersebut.

Kelly Ann Shaw, mantan pejabat perdagangan Gedung Putih pada masa jabatan pertama Trump, menilai keputusan ini tipikal gaya negosiasi sang presiden.

"Tidak akan menjadi negosiasi ala Trump jika tidak dilakukan hingga detik-detik terakhir," ujarnya, dilansir Reuters.

Menurut Shaw, Trump kemungkinan menekan China untuk memberikan konsesi tambahan sebelum menyetujui perpanjangan.

"Alasan utama jeda 90 hari ini adalah untuk meletakkan dasar bagi negosiasi yang lebih luas, dan akhir pekan ini banyak pembicaraan terkait mulai dari kedelai, kontrol ekspor, hingga kapasitas berlebih," kata Shaw.

Ryan Majerus, mantan pejabat perdagangan AS yang kini di firma hukum King & Spalding, mengatakan bahwa langkah ini memberi ruang bagi kedua pihak untuk membahas masalah perdagangan yang sudah lama ada.

"Ini pasti akan menurunkan ketegangan di kedua sisi sambil melanjutkan pembicaraan, dan saat AS dan China berupaya menuju kerangka kesepakatan musim gugur," ujarnya.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Trump Tetapkan Tarif 32% Buat RI, DPR Buka Suara

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |