Jakarta, CNBC Indonesia - Riset BRI Danareksa Sekuritas menemukan fakta bahwa peranan sektor industri manufaktur dalam perekonomian Indonesia semakin menguat di tahun pertama pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Hal ini tercermin dari data komposisi Penanaman Modal Asing (PMA) hingga kuartal III-2025 yang didominasi oleh sektor industri manufaktur.
"Menurut pandangan kami, struktur perekonomian baru yang berkembang ini menjadi panggung awal bagi tahun pertama pemerintahan Prabowo. Kami juga meyakini bahwa pergeseran PMA ke arah industri ini mendorong aktivitas investasi secara lebih luas," ujar Chief of Economist and Head of Fixed Income Research BRI Danareksa Sekuritas, Helmy Kristanto, dalam riset bertajuk Macro Strategy 2026: Reassessing the Investment Cycle, dikutip Senin (24/11/2025).
Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), porsi sektor manufaktur melonjak dari 35,3 % pada 2018 menjadi 59,6 % sepanjang Januari-September 2025. Peningkatan tersebut ditopang oleh industri logam, kimia, mesin, dan elektronik. Hal ini menunjukkan semakin matangnya kebijakan hilirisasi yang menciptakan lebih banyak nilai tambah daripada hanya pada ekstraksi bahan mentah.
"Sementara PMA di sektor pertambangan telah melandai dari 12,3 % pada 2021 menjadi hanya 8,8 % pada sembilan bulan pertama di tahun 2025 seiring normalisasi harga global dan kebijakan hilirisasi," jelas Helmy.
Di samping itu, Helmy menjelaskan, dominasi sektor manufaktur ini membawa dampak positif bagi peningkatan dan pemerataan kesejahteraan. Pasalnya, PMA di sektor manufaktur menciptakan efek pengganda sangat kuat di luar Jawa.
Lebih lanjut, riset tersebut menunjukkan bahwa setiap PMA senilai Rp 1 triliun di luar Jawa menghasilkan tambahan Penanaman Modal Tetap Bruto (PMTB) sekitar Rp 1,76 triliun. Sebagai pembanding, PMA senilai Rp 1 triliun di Jawa hanya menghasilkan tambahan PMTB senilai Rp 140 miliar.
"PMA yang didominasi sektor manufaktur sebagai penopang pertumbuhan investasi ini meningkatkan PMTB dan memperluas manfaat regional, dengan wilayah-wilayah di luar Jawa yang paling diuntungkan. Secara regional, PMA di luar Jawa menghasilkan PMTB yang jauh lebih besar, mencerminkan kebutuhan modal yang lebih dalam di wilayah tersebut dan menegaskan peran PMA dalam mendukung pertumbuhan yang lebih seimbang secara geografis," terang dia.
Dia melanjutkan, terdapat beberapa faktor kunci yang perlu diperhatikan untuk memperkuat momentum investasi. Di antaranya adalah siklus belanja modal, tingkat pemanfaatan kapasitas industri, dan pertumbuhan upah minimum.
"Meskipun aliran PMA semakin bergeser ke industri manufaktur dan hilir, siklus belanja modal domestik belum selaras. Indikator terbaru menunjukkan bahwa investasi lokal masih berhati-hati. Menurut pandangan kami, tiga indikator yang penting untuk dipantau guna menilai momentum investasi adalah siklus belanja modal, pemanfaatan kapasitas industri, dan pertumbuhan upah minimum," tandas dia.
(dpu/dpu)
[Gambas:Video CNBC]

2 hours ago
1














































