Jakarta, CNBC Indonesia- Ketidakpastian geopolitik dan ekonomi global menjadi sentimen yang sangat mempengaruhi pergerakan harga minyak dunia. Pada perdagangan Rabu, 8 Oktober 2025 data Refinitiv pukul 09.55 WIB mencatat harga minyak mentah Brent berada di level USD65,94 per barel sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) tercatat sebesar USD62,26 per barel.
Gejolak harga minyak mentah tentu saja sangat mempengaruhi bisnis sektor migas, termasuk PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX)yang merupakan kontraktor bidang jasa pengeboran darat dan lepas pantai untuk minyak dan gas, panas bumi, dan industri gas metana batu bara.
Direktur Apexindo Pratama Duta, Sofwan Farisyi menyebutkan perkembangan industri migas dalam negeri tidak lepas dari pergerakan harga minyak dunia yang juga sangat bergantung pada kondisi supply dan demand global.
Di kisaran harga USD 60 per barel seperti saat ini, industri migas masih bisa berjalan sehingga program eksplorasi migas di laut dalam terus berlanjut. Hal ini tentu saja ikut mendorong berlanjutnya bisnis jasa pengeboran migas seperti APEX.
Pada tahun 2025 ini APEX tengah menjalankan proyek pengeboran migas di Kalimantan Timur untuk kontrak dengan Pertamina Hulu Mahakam (PHM) serta kontrak pengeboran darat dengan Medco E&P Grissik di Suban, Sumatera Selatan.
Meski demikian bisnis jasa pengeboran di 2026 akan cukup menantang karena terkait rencana eksplorasi migas pemerintah dan harga minyak global serta kondisi sumur migas RI yang mengalami Natural declining atau penurunan produksi. Selain itu biaya produksi pengeboran yang terus naik menjadi tantangan lain bagi bisnis sektor migas.
Seperti apa tantangan dan prospek jasa pengeboran migas saat harga minyak bergejolak? Selengkapnya simak dialog Syarifah Rahma dengan Direktur PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX), Sofwan Farisyi dalam Power Lunch, CNBC Indonesia (Rabu, 08/10/2025)