Wajah-wajah Iblis di Dunia Nyata: Kisah Horor Pria Pengidap PMO

9 hours ago 3

Jakarta, CNN Indonesia --

Pada suatu hari musim dingin di Nashville, Amerika Serikat, hidup Victor Sharrah berubah selamanya. Saat pria berusia 59 tahun itu duduk menonton televisi di ruang tamu, ia tiba-tiba dikejutkan oleh wajah teman serumahnya.

Bukan wajah yang dikenalnya selama ini, melainkan sesuatu yang menyerupai sosok dalam film horor, mata yang memanjang, guratan wajah dalam seperti luka, dan telinga runcing layaknya karakter fiksi ilmiah.

"Saya berpikir, 'Apa yang saya lihat?'" kenang Victor.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kengerian itu bukan mimpi buruk yang berakhir dengan cepat. Sejak saat itu, setiap wajah yang ia lihat tampak seperti monster.

"Seolah-olah saya sedang menatap iblis. Bayangkan bangun suatu pagi dan semua orang di dunia terlihat seperti makhluk dari film horor." katanya, melansir CNN.

Bukan horor atau film fiksi ilmiah, Victor ternyata mengidap kondisi neurologis sangat langka yang disebut prosopometamorphopsia (PMO). Nama terakhir merupakan gangguan persepsi visual yang menyebabkan wajah orang lain terlihat terdistorsi dalam bentuk, warna, atau posisi. Uniknya, objek lain tetap terlihat normal.

"Untuk saya, bentuk distorsinya cenderung sama di tiap orang, garis-garis di wajah, mata dan mulut yang melebar, serta telinga yang meruncing," ujar Victor.

Dalam sejumlah kasus, distorsi bisa separah mata yang tampak keluar dari rongganya, wajah seperti lukisan surealis Salvador Dali, hingga berubah menyerupai kepala ikan atau naga.

Sayangnya, dengan jumlah kasus yang tercatat hanya ada 81 di dunia, banyak penderita PMO yang disalahpahami dan bahkan didiagnosis dengan gangguan kejiwaan seperti skizofrenia. Tak jarang, mereka diberikan obat antipsikotik atau dikirim ke rumah sakit jiwa.

Titik balik dari Facebook

ilustrasi Skizofrenia , ilustrasi cemas , ilustrasi ganguan jiwaIlustrasi. PMO merupakan kondisi neurologis langka yang mengganggu cara pengidapnya memandang wajah orang lain. (Istockphoto/ CasarsaGuru)

Victor sempat berpikir bahwa ia kehilangan kendali atas hidupnya. Dalam sebuah grup di Facebook, ia mengungkapkan ketakutannya.

"Setiap wajah yang saya lihat, selain di layar, tampak jahat, menyimpang, dan menyeramkan. Seperti dalam film John Carpenter."

Tulisan itu dibaca oleh Catherine Morris, seorang relawan grup tersebut yang sudah puluhan tahun bekerja dengan murid tunanetra. Dengan pengetahuan tentang bagaimana cahaya memengaruhi persepsi visual, Catherine tergerak untuk membantu.

Ia membeli lampu pintar yang bisa diatur warna cahayanya dari jarak jauh dan mulai melakukan eksperimen kecil melalui panggilan video.

Saat Catherine mengatur cahaya ke merah, Victor mulai mengalami serangan panik. Tapi, saat cahaya berubah menjadi hijau, wajah-wajah yang terlihat seperti iblis itu perlahan kembali normal.

Victor menangis. Kacamata dengan lensa berwarna hijau segera dikirim secara kilat.

Kini, Victor bekerja sama dengan tim peneliti dari Dartmouth College, termasuk Brad Duchaine dan Antonio Vitor Reis Goncalves Mello, untuk mengembangkan pemahaman dan potensi terapi bagi penderita PMO.

Salah satu terobosan dalam penelitian mereka adalah pemanfaatan gambar dua dimensi (2D) yang tidak menimbulkan distorsi bagi Victor. Ini memungkinkan mereka untuk merekonstruksi secara akurat wajah seperti apa yang dilihat Victor dalam kehidupan nyata.

Ada juga potensi terapi melalui gambar wajah yang sepenuhnya simetris, yang tampaknya membantu mengurangi distorsi bagi sebagian penderita.

"Kalau ini terbukti efektif dalam studi lanjutan, bisa jadi kacamata khusus dapat dikembangkan untuk membantu penderita PMO melihat wajah secara normal," kata Mello.

Bagi Victor, perjalanan ini bukan hanya tentang menemukan cara bertahan, tapi juga tentang menyelamatkan orang lain dari kesalahan diagnosis.

"Saya hampir menyerahkan diri ke rumah sakit jiwa. Saya tahu ada orang lain yang sudah lebih dulu dikirim ke sana. Berapa banyak orang yang sebenarnya hanya butuh pemahaman, bukan obat antipsikotik?" ucapnya.

(tis/asr)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |