Anyam Gila

1 day ago 4

Wadah anyam gila dari Pulau Lembata, Nusa Tenggara Timur, yang memerlukan tiga helai bahan anyaman, dipakai sebagai wadah camilan jagung titi. Karya seni yang memerlukan kesabaran dan ketekunan ini didefinisikan oleh KBBI seperti apa? Sumber: priyantono oemar

Oleh Abdullah Muzi Marpaung, dosen Teknologi Pangan Universitas Swiss German, narasumber Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa untuk penyusunan istilah Ilmu dan Teknologi Pangan

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), anyam gila hanya didefinisikan sebagai “anyaman miring”—sebuah penjelasan yang terasa terlalu sederhana untuk keterampilan yang luar biasa rumit ini. Di balik istilah singkat itu tersimpan warisan yang telah lama ditenun oleh tangan-tangan perempuan Nusantara: bukan sekadar teknik, tetapi seni, kesabaran, dan ketekunan.

Asal-usul dan Penyebaran

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Dalam catatan lama, anyam gila dikenal sebagai teknik anyaman tiga arah yang menuntut presisi dan konsentrasi penuh. Nama “gila” bukan asal diberikan. Ia mencerminkan kerumitan yang membuat perajinnya serasa nyaris gila: pola-pola harus saling mengunci sempurna, helai demi helai harus menyatu tanpa cela.

Von de Wall (1877) menyebutnya sebagai eene bijzonder moeielijke wijze van vlechten, sebuah cara menganyam yang luar biasa sulit. Klinkert (1901, 1910, 1926) menambahkan bahwa bakul gila—produk utama dari teknik ini—bukan sekadar wadah, melainkan tempat menyimpan pakaian dan barang-barang berharga.

Pijnappel (1884) bahkan menyebut anyam gila sebagai vlechten om gek van te worden. Yaitu anyaman yang mampu menguji kesabaran perajinnya hingga batas paling sunyi.

Teknik ini tidak hanya dikenal di satu daerah. Di Tanjong Kling (Malaka), perempuan Melayu menganyam daun pandanus (Pandanus fascicularis) menjadi bakul yang lentur tetapi kokoh, seperti memelihara napas yang terselip di sela-sela helaian.

Di Basilan Island (Filipina), suku Jacanes memanfaatkan bambu—mereka merangkai bakul yang bukan hanya kuat, tetapi juga menjadi teman setia perjalanan panjang. Sementara di Sulawesi, Timor, dan Papua, serat palma diolah menjadi lembaran tipis, kemudian dianyam rapat, membentuk permukaan heksagonal yang kokoh seperti jalinan takdir.

Simbolisme dan Warisan Budaya

Keunikan anyam gila terletak pada polanya yang berjalin tiga arah, membentuk sudut 60° yang rapat dan simetris. Dari teknik ini, lahirlah bakul gila—produk yang tak sekadar menjadi wadah, tetapi menjadi simbol status, keterampilan, dan kebanggaan.

Setiap bakul gila bermula dari enam helai utama yang disebut “navel of the Belanek fish.” Helai-helai itu dilipat ke belakang, saling menguatkan, membentuk pola “butiran padi” yang merapat seperti doa yang dijahit senyap. Kadang-kadang, helai tipis berwarna diselipkan ke dalamnya—menambah keindahan dan makna, seolah setiap warna adalah narasi yang hanya bisa dibaca oleh pemiliknya.

Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, teknik ini semakin jarang dipraktikkan. Sulitnya pengerjaan dan berkurangnya jumlah perajin membuat warisan ini pelan-pelan meredup, seolah bersembunyi di balik kabut ingatan. Kendati demikian, jejaknya masih bisa kita temukan dalam dokumen sejarah dan koleksi museum.

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |