Asia Jadi Lautan Merah di Tengah Perang dan Sikap Fed, Rupiah Cs Ambruk

6 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang Asia hancur lebur terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada hari ini, Kamis (19/6/2025). Mata uang melemah karena memanasnya konflik di Timur Tengah serta Keputusan bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) yang belum mengisyaratkan pemangkasan dalam waktu dekat.

Merujuk Refinitiv, hampir semua mata uang Asia jatuh hari ini, Kamis, pukul 11.39 WIB Pengecualian terjadi pada yen Jepang yang menguat.

Mata uang baht Thailand menjadi yang terlemah dengan jatuh 0,54% pada hari ini diikuti dengan rupiah. Mata uang yuan China juga jatuh dan begitu pula dengan ringgit hingga dolar Singapura.

Konflik geopolitik antara Israel dengan Iran yang semakin meluas juga masih menjadi sentimen negatif bagi pasar keuangan. Kabar terbaru G7 pun ikut membela Israel, sehingga perang kini belum mereda.

Memanasnya perang membuat investor menarik dana dari Emerging Markets dan kembali ke AS. Akibatnya, dolar menguat dan mata uang lain melemah.
Indeks dolar menguat signifikan ke 98,97 pada hari ini atau tertinggi dalam tujuh hari terakhir.

Di luar perang, Keputusan The Fed yang kembali menahan suku bunganya di level 4,25-4,50% bulan ini juga menopang dolar AS.

The Fed mengumumkan suku bunga pada Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia (19/6/2025). Ini merupakan kali keempat The Fed menahan suku bunganya setelah terakhir kali menurunkan suku bunganya pada pertemuan Desember 2024.

The Fed dalam pernyataannya memperkirakan inflasi akan tetap tinggi dan pertumbuhan ekonomi akan melambat. Namun, berdasarkan proyeksi yang ditampilkan dalam "dot plot" Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) masih memperkirakan akan ada dua kali penurunan suku bunga pada tahun ini.
Dot plot terbaru FOMC masih memperkirakan akan ada dua kali penurunan suku bunga pada 2025.

Namun, tujuh dari 19 anggota FOMC kini memperkirakan tidak akan ada pemangkasan suku bunga sama sekali. Jumlah yang memperkirakan tidak ada kenaikan bertambah dari empat orang pada Maret lalu.

Artinya, ada pergeseran sikap sebagian anggota FOMC yang mulai melihat bahwa kondisi ekonomi mungkin tidak mendukung kenaikan suku bunga lebih lanjut.

Komite FOMC juga memangkas satu kali pemangkasan yang sebelumnya diproyeksikan untuk 2026 dan 2027, sehingga total pemangkasan suku bunga di masa depan diperkirakan hanya empat kali, atau setara satu poin persentase penuh.

Dot plot ini menunjukkan ketidakpastian yang berlanjut di kalangan pejabat Fed mengenai masa depan suku bunga. Terlihat adanya perbedaan pandangan yang lebar, dengan proyeksi tingkat suku bunga sekitar 3,4% pada 2027.

Khusus rupiah, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 17-18 Juni 2025 yang memutuskan untuk mempertahankan BI-Rate sebesar 5,50% juga menjadi salah satu penyebabnya.

Sejalan dengan keputusan ini BI juga menahan suku bunga Deposit Facility pada level 4,75%, dan suku bunga Lending Facility tetap di level 6,25%.

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]

(mae/mae)

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |