Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas mata uang Asia tengah mengalami penguatan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan awal pekan, Senin (29//9/2025).
Melansir data Refinitiv, per pukul 09.20 WIB, rupiah terpantau menjadi salah satu mata yang yang paling kuat di Asia terhadap dolar AS bersama dengan won Korea. Sementara itu, Dong Vietnam justru harus tertekan.
Won Korea terpantau memimpin sebagai mata uang di Asia yang paling kencang penguatannya terhadap dolar AS. Won menguat 0,52% ke level KWR 1402/US$, yang diikuti oleh penguatan mata uang garuda sebesar 0,42% ke level Rp16.653/US$, setelah pada pekan lalu rupiah mengalami pelemahan 0,83% secara kumulatif sepekan.
Selain rupiah dan won, yen Jepang dan Peso Filipina juga terapresiasi dari mata uang Greenback tersebut. Yen menguat 0,30% ke posisi JPY 149,04/US$ sedangkan peso Filipina menguat 0,27% di level PHP 57,942 /US$.
Tak mau kalah dengan rupiah, ringgit Malaysia juga mengalami apresiasi 0,21% ke posisi MYR 4,210/US$, serta tepat dibawahnya yuan China menguat 0,18% di posisi CNY 7,1203/US$. Sementara itu, dolar Singapura dan rupee India juga turut menguat dengan penguatan masing-masing 0,18% dan 0,03%.
Namun, di tengah mayoritas mata uang Asia yang menguat ternyata baht Thailand dan dong Vietnam justru terpantau tengah mengalami tekanan dari greenback.
Baht Thailand terkoreksi 0,06% ke posisi THB 32,20/US$, sedangkan dong Vietnam terdepresiasi 0,08% ke level VND 26.406/US$.
Pergerakan mata uang Asia pada awal pekan ini tak lepas dari dinamika indeks dolar AS (DXY) yang tengah berada di zona pelemahan, terkoreksi 0,17% di level 97,983.
Pasar global tengah menanti serangkaian rilis data ekonomi Amerika Serikat, termasuk laporan tenaga kerja dan PMI manufaktur, yang akan memberikan arah lebih jelas mengenai jalur kebijakan suku bunga The Fed. Selain itu, risiko potensi government shutdown di AS juga menambah ketidakpastian, membuat dolar AS cenderung tertekan setelah sebelumnya menguat pada pekan lalu.
Bagi mata uang Asia, setiap fluktuasi DXY langsung tercermin pada volatilitas kurs regional, termasuk rupiah, won Korea, dan baht Thailand. Pelemahan dolar membuka peluang penguatan bagi mata uang Asia, meski sentimen tetap rapuh karena investor global masih berhati-hati menghadapi ketidakpastian politik dan ekonomi di AS.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(evw/evw)