Bagaimana Kafein Mengubah Otak Saat Tidur?

4 hours ago 1

kahhve.comkahhve.com

Kafein adalah salah satu zat yang paling banyak digunakan di dunia. Kafein terdapat dalam kopi, teh, cokelat, minuman berenergi, dan banyak minuman ringan, menjadikannya kebiasaan sehari-hari bagi jutaan orang.

Kebanyakan orang mengenalnya sebagai bahan yang membantu mereka merasa terjaga dan waspada. Namun, apa yang terjadi jika kafein masih ada dalam tubuh Anda di malam hari?

Sebuah studi baru dari Université de Montréal menunjukkan bahwa kafein tidak hanya membuat Anda terjaga — tetapi juga mengubah cara kerja otak Anda saat tidur, dan dapat memengaruhi seberapa baik otak Anda pulih di malam hari.

Studi yang dipublikasikan di Nature Communications Biology ini dipimpin oleh peneliti magang Philipp Thölke dan profesor psikologi Karim Jerbi, bekerja sama dengan peneliti tidur Julie Carrier dan timnya.

Dengan menggunakan pemantauan otak canggih dan kecerdasan buatan, para peneliti menemukan bahwa kafein meningkatkan kompleksitas sinyal otak dan meningkatkan "kekritisan" otak selama tidur — terutama pada orang dewasa muda.

Kekritisan adalah istilah yang digunakan para ilmuwan untuk menggambarkan keseimbangan otak antara keteraturan dan kekacauan.

Bayangkan sebuah orkestra: jika terlalu hening, tidak ada yang terjadi; jika terlalu kacau, musik berubah menjadi bising.

"Jalan tengah yang bahagia" adalah ketika semua bagian bekerja sama secara fleksibel dan terorganisir.

Dalam kondisi ini, otak dapat memproses informasi, beradaptasi, dan membuat keputusan secara efektif.

Pada siang hari, kafein dapat membantu mendorong otak menuju kondisi ini, sehingga dapat meningkatkan fokus dan kewaspadaan.

Namun pada malam hari, kondisi seperti kewaspadaan ini dapat mencegah otak untuk sepenuhnya rileks dan pulih.

Untuk mempelajari efeknya, para peneliti memantau aktivitas otak 40 orang dewasa sehat saat mereka tidur.

Pada satu malam, peserta mengonsumsi kapsul kafein tiga jam dan satu jam sebelum tidur. Pada malam lainnya, mereka mengonsumsi kapsul plasebo.

Aktivitas otak direkam menggunakan elektroensefalogram (EEG), yang mengukur pola listrik di otak.

Hasilnya sangat mengejutkan. Kafein membuat sinyal otak lebih kompleks dan kurang dapat diprediksi, terutama selama tidur non-rapid eye movement (NREM).

Tahap ini krusial untuk memulihkan otak, mengkonsolidasikan ingatan, dan mempersiapkan diri untuk hari berikutnya.

Kafein juga mengubah ritme otak: mengurangi gelombang lambat seperti theta dan alfa, yang terkait dengan tidur nyenyak dan nyenyak, dan meningkatkan gelombang beta, yang lebih umum terjadi saat otak terjaga dan aktif berpikir.

Perubahan ini berarti bahwa bahkan ketika seseorang tertidur, kafein dapat menjaga otak dalam kondisi yang lebih "aktif", mengurangi kualitas istirahat dan berpotensi mengganggu pemrosesan dan pemulihan memori.

Studi ini juga mengungkapkan perbedaan besar antara orang dewasa muda dan tua.

Orang berusia 20 hingga 27 tahun jauh lebih terpengaruh oleh kafein, terutama selama tidur rapid eye movement (REM) — tahap ketika sebagian besar mimpi terjadi.

Ini mungkin karena orang yang lebih muda memiliki lebih banyak reseptor adenosin di otak mereka.

Adenosin adalah zat kimia yang menumpuk di siang hari dan membuat Anda merasa lelah. Kafein bekerja dengan memblokir reseptor ini.

Seiring bertambahnya usia, jumlah reseptor menurun, yang dapat menjelaskan mengapa kafein memiliki efek yang lebih lemah pada partisipan berusia 41 hingga 58 tahun.

Temuan ini menunjukkan bahwa otak yang lebih muda mungkin lebih sensitif terhadap efek stimulasi kafein di malam hari.

Karena kafein dikonsumsi secara luas, terutama sebagai cara untuk melawan kelelahan, para peneliti mengatakan penting untuk memahami bagaimana kafein memengaruhi otak di berbagai usia dan kondisi kesehatan.

Mereka juga menunjukkan bahwa penelitian lebih lanjut diperlukan untuk melihat bagaimana perubahan aktivitas otak ini memengaruhi kesehatan kognitif, memori, dan fungsi sehari-hari dalam jangka panjang.

Di masa mendatang, hasil penelitian ini dapat membantu memberikan saran yang dipersonalisasi tentang seberapa banyak kafein yang aman untuk dikonsumsi — dan kapan harus berhenti meminumnya di siang hari — tergantung pada usia dan gaya hidup.

Penelitian ini penting karena menghubungkan efek kafein yang sudah diketahui terhadap kewaspadaan dengan efeknya yang kurang kentara terhadap kualitas tidur dan pemulihan otak.

Dengan menunjukkan bahwa kafein menjaga otak dalam keadaan lebih aktif di malam hari, hal ini membantu menjelaskan mengapa beberapa orang merasa kurang segar setelah tidur, meskipun mereka mendapatkan waktu istirahat yang cukup.

Perbedaan terkait usia juga menyoroti perlunya pedoman kafein yang disesuaikan, terutama bagi dewasa muda yang mungkin lebih rentan terhadap efeknya yang mengganggu tidur.

Studi ini dipublikasikan di Communications Biology.

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |