Jakarta, CNBC Indonesia — Bank-bank berukuran kecil menengah atau KBMI II kompak memasang mode hati-hati. Kendati demikian mereka tetap optimistis dapat bertumbuh positif tahun ini.
Direktur Keuangan PT Bank Raya Indonesia Tbk (AGRO) Rustarti Suri Pertiwi menyampaikan akan ekspansi bisnis dengan hati-hati pada paruh kedua, meskipun tumbuh cemerlang pada tiga bulan pertama tahun ini.
Anak usaha PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, melaporkan total pinjaman mencapai Rp7,3 triliun, tumbuh 8,7% secara tahunan (yoy) pada kuartal I-2025. Hal itu dicapai dengan tingkat margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) 4,87%, naik 58 basis poin (bps) dan laba bersih tumbuh 84,7% yoy menjadi Rp 16,9 miliar.
"Namun demikian, dengan memperhatikan kondisi ekonomi global yang masih fluktuatif termasuk kondisi perang tarif yang secara langsung mempengaruhi kondisi makro ekonomi Indonesia, maka dalam ekspansi bisnisnya, Bank Raya akan terus melakukannya dengan hati-hati," ujar perempuan yang akrab disapa Tiwi itu kepada CNBC Indonesia, Selasa (9/7/2025).
Ia mengatakan Bank Raya telah melakukan revisi RBB sebelum akhir Juni 2025. Bank hanya mengkaji prioritas pertumbuhan masing-masing produk dan disesuaikan dengan pipeline bisnis serta mitigasi risikonya.
"Bank Raya terus melakukan inovasi dengan terus mengembangkan produk berkualitas yang relevan dan menjawab kebutuhan customer dalam bertransaksi perbankan sehari-hari. Bank Raya juga akan terus melakukan sinergi dengan ekosistem BRI Group melalui strategi eksploitasi dan eksplorasi untuk perluasan bisnis pada pasar dan ekosistem baru serta inovasi produk baru dengan mengoptimalkan keunggulan produk kami yaitu shorter, faster, smaller," jelas Tiwi.
Bank digital lainnya, PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI) menyampaikan telah melakukan revisi RBB dengan menjadi lebih konservatif, melihat kondisi makroekomomi enam bulan ke depan yang masih belum terlihat membaik.
Direktur Utama Allo Bank, Indra Utoyo mengatakan pihaknya berusaha untuk tetap optimistis dan menargetkan pertumbuhan positif pada kredit dan pendanaan di atas pertumbuhan industri perbankan nasional.
Hal itu dilakukan dengan terus mengembangkan kolaborasi dengan mitra-mitra strategis, menciptakan inovasi digital dan mempertahankan disiplin terkait prudential lending. Di antaranya dengan membangun credit scoring system yang kuat dan secara terus menerus melakukan fine tuning untuk mengadaptasi model credit scoring secara cepat untuk bisnis ritel, dengan mengintegrasikan berbagai indikator terhadap proses underwriting kredit untuk masing-masing segmen paylater.
"Dengan demikian, data-data makroekonomi yang kurang kondusif selayaknya bukan menjadi alasan untuk menghentikan laju penyaluran kredit, melainkan momentum untuk mengkalibrasi kembali strategi penyaluran kredit secara lebih selektif, presisi, dan berbasis data. Kami percaya bahwa dalam setiap siklus ekonomi, selalu ada ruang untuk bertumbuh, selama kita melangkah dengan ketepatan analitik, disiplin risiko, dan orientasi jangka panjang," tegas Indra kepada CNBC Indonesia, Selasa (8/7/2025).
Ia melanjutkan, mulai tahun 2025 Allo Bank juga telah menetapkan strategi melakukan penetrasi pasar berdasarkan model bisnis Hibrida (Hybrid Business Model) dalam menawarkan produk dan layanan segmen Retail dan Wholesale secara terintegrasi untuk menumbuhkan bisnis Bank melalui aktivitas Acquisition, Engagement dan Monetization.
"Kami melihat peluang yang solid untuk pembiayaan produktif di sektor-sektor yang tetap tumbuh dan memiliki prospek jangka menengah panjang yang sehat. Pendekatan ini sejalan dengan prinsip utama kami untuk tumbuh secara berkelanjutan, dengan kualitas aset yang tetap terjaga," terang Indra.
Senada, PT Bank KB Bukopin Tbk. (BBKP) alias KB Bank memandang tahun 2025 merupakan momentum penting. Wakil Direktur Utama KB Bank, Robby Mondon mengatakan pihaknya tidak hanya sedang pulih, tetapi juga sedang membuktikan bahwa model bisnisnya siap tumbuh berkelanjutan di tengah tekanan industri.
"Kami menyadari bahwa situasi ekonomi global maupun tantangan domestik, seperti tren penurunan NIM industri, menuntut perbankan untuk lebih agile dan disiplin. Namun demikian, kami tetap optimistis dapat mencapai target yang telah ditetapkan," ujar Robby kepada CNBC Indonesia, Senin (7/7/2025).
Ia merincikan, KB Bank mencatat pertumbuhan kredit sebesar 4%-5%, CASA tumbuh double di kisaran 17%-18%, dan rasio CASA telah melampaui 30% hingga Mei 2025. Sementara itu, NIM berada di kisaran 1,3% dan ditargetkan naik secara bertahap hingga 2% pada akhir tahun, sejalan dengan peningkatan portofolio yang lebih sehat dan efisiensi biaya dana.
"Kami percaya bahwa konsistensi eksekusi dan disiplin transformasi adalah kunci. Dengan fondasi yang semakin solid dan kepercayaan nasabah yang terus meningkat, kami siap memperkuat peran KB Bank dalam industri perbankan Indonesia ke depan," kata Robby.
Ia menyampaikan bahwa bank milik Kookmin Bank asal Korea Selatan itu masih belum melakukan revisi RBB.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, sejumlah bank telah merevisi ke bawah target pertumbuhan dalam rencana bisnis bank (RBB) awal tahun mereka. Hal itu diungkapkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), yang mempersilakan perbankan untuk melakukan revisi RBB hingga September 2025.
Penyesuaian itu dilakukan seiring dengan kondisi semester II-2025 yang masih dihantui oleh banyak tantangan ekonomi domestik dan global. Belum lagi, tren pertumbuhan kredit, dana pihak ketiga (DPK), dan margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) industri perbankan nasional kian lesu sepanjang tahun ini.
(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article OJK: Target Pertumbuhan Kredit 9%-11% Realistis