REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Sedikitnya 21 orang syahid, termasuk 15 orang akibat terinjak-injak dan sesak napas karena gas air mata yang ditembakkan ke arah warga Palestina yang sedang mencari makanan, di salah satu pusat distribusi Gaza Humanitarian Foundation (GHF) di Khan Younis selatan. Ini menambah panjang deretan warga gaza yang terbunuh di pusat bantuan skema AS-Israel tersebut.
“Untuk pertama kalinya, kematian telah dicatat karena sesak napas dan penyerbuan yang intens dari warga di pusat-pusat distribusi bantuan,” kata Kementerian Kesehatan Gaza, Rabu (16/7/2025). Kementerian tersebut menyatakan tentara Israel dan AS “sengaja” melakukan “pembantaian terhadap orang-orang yang kelaparan secara sistematis”.
Dilansir Aljazirah. komentar tersebut muncul setelah GHF yang didukung oleh AS dan Israel mengakui pagi ini bahwa 20 orang terbunuh di salah satu titik distribusinya, dan menuduh elemen-elemen yang berafiliasi dengan Hamas sebagai dalang kerusuhan.
Sejak mulai mendistribusikan bantuan pada akhir Mei lalu, GHF telah mendapat kecaman karena mendirikan tempat-tempat yang oleh AS disebut sebagai “jebakan maut”.
Hampir 900 warga Gaza telah terbunuh dalam beberapa pekan terakhir ketika mencoba mengambil makanan. Sebagian besar kematian terkait dengan pusat-pusat bantuan swasta yang dijalankan oleh apa yang disebut GHF, demikian ungkap kantor hak asasi manusia PBB, OHCHR, Selasa.
“Hingga 13 Juli, kami telah mencatat 875 orang terbunuh di Gaza ketika berusaha mendapatkan makanan; 674 di antaranya terbunuh di sekitar lokasi GHF,” ujar Thameen Al-Kheetan, juru bicara OHCHR.
Sebanyak 201 korban lainnya terbunuh ketika mencari makanan “di rute konvoi bantuan atau di dekat konvoi bantuan” yang dijalankan oleh PBB atau mitra PBB yang masih beroperasi di daerah kantong yang dilanda perang tersebut, kata Al-Kheetan kepada para wartawan di Jenewa.
Pembunuhan yang terkait dengan pusat bantuan kontroversial yang didukung oleh AS dan Israel dimulai tak lama setelah mereka mulai beroperasi di Gaza selatan pada 27 Mei, melewati PBB dan LSM lain yang sudah mapan.
Badan PBB untuk pengungsi Palestina, UNRWA, menyatakan keprihatinan yang mendalam atas pembunuhan yang terus berlanjut terhadap warga sipil yang mencoba mengakses makanan, sementara malnutrisi yang mematikan menyebar di kalangan anak-anak.
“Tim kami di lapangan - tim UNRWA dan tim PBB lainnya - telah berbicara dengan para penyintas dari pembunuhan ini, termasuk anak-anak yang kelaparan, yang ditembaki ketika dalam perjalanan untuk mengambil makanan yang sangat sedikit,” ujar Juliette Touma, Direktur Komunikasi UNRWA.
Berbicara melalui video dari Amman, Touma menegaskan bahwa blokade Israel yang hampir total terhadap Gaza telah menyebabkan bayi-bayi meninggal akibat dampak malnutrisi akut yang parah.
“Kami telah dilarang membawa bantuan kemanusiaan ke Gaza selama lebih dari empat bulan,” katanya, sebelum menunjuk pada “peningkatan yang signifikan” dalam hal malnutrisi pada anak-anak sejak blokade Israel dimulai pada tanggal 2 Maret.
Touma menambahkan: “Kami memiliki 6.000 truk yang menunggu di tempat-tempat seperti Mesir, seperti Yordania; dari Yordania ke Jalur Gaza, jaraknya sekitar tiga jam perjalanan, bukan?”
Selain pasokan makanan, truk-truk PBB ini juga membawa pasokan penting lainnya, seperti sabun batangan. “Obat-obatan dan makanan akan segera kadaluarsa jika kita tidak dapat memberikan pasokan tersebut kepada orang-orang di Gaza yang paling membutuhkannya, di antaranya satu juta anak-anak yang merupakan setengah dari populasi Jalur Gaza,” lanjut Touma.
Sejak fajar menyingsing, kemarin, serangan Israel ke Jalur Gaza telah menewaskan sedikitnya 81 orang, termasuk 25 orang pencari bantuan. Kementerian Kesehatan melaporkan sejak perang di Gaza dimulai pada tahun 2023, serangan Israel telah menewaskan 58.573 orang dan melukai 139.607 lainnya.