Benarkah Yahudi Punyak Hak Kembali ke Tanah Palestina? Ini Sanggahan Tegasnya

7 hours ago 3

Ekstremis Yahudi membawa bendera Kuil Ketiga di gerbang Masjid al-Aqsa, Senin (26/5/2025).

Oleh : DR Otong Sulaeman, Ketua/Rektor STAI Sadra periode 2024-2028

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Perang 12 hari antara Iran dan Israel yang terjadi pada Juni 2025 mengguncang geopolitik dunia.

Serangan rudal dan balasan beruntun tak hanya menggemparkan Timur Tengah, tapi juga memantik diskusi tajam di banyak negara, termasuk Indonesia. Banyak yang bertanya: mengapa Iran begitu ngotot membela Palestina, bahkan rela berkonfrontasi militer dengan Israel?

Jawabannya sederhana, tapi berdampak besar yaitu karena Palestina adalah simbol perlawanan terhadap ketidakadilan historis dan kolonialisme modern.

Di balik perang rudal itu, ada perang narasi yaitu siapa yang punya hak atas tanah itu? Siapa yang harus pergi, dan siapa yang berhak tinggal?

Sejak berdirinya negara Israel pada 1948, dunia internasional terus dihadapkan pada satu klaim besar dari zionisme yaitubahwa orang-orang Yahudi berhak kembali ke tanah Palestina karena mereka, konon, pernah diusir secara paksa dua ribu tahun lalu oleh kekaisaran Romawi. Klaim ini dikenal sebagai “right of return” — hak kembali diaspora Yahudi ke tanah leluhur.

Di permukaan, narasi ini terdengar menyentuh. Ia menggabungkan elemen religius, sejarah penderitaan, dan keinginan pulang. Namun jika kita telaah lebih dalam, klaim ini tidak sekadar sentimental.

Ia adalah proyek ideologis yang telah menjustifikasi penjajahan tanah, pengusiran rakyat Palestina, dan pendirian negara eksklusif berbasis identitas etno-religius yaitu sebuah proyek ideologis yang bersembunyi di balik lipatan sejarah, dan perlu tindakan intelektual untuk membongkarnya.

BACA JUGA: Media-Media Iran Ramai Beritakan Perang dengan Israel Segera Kembali Berkobar

Kita perlu bertanya: benarkah klaim “hak kembali” ini sah? Apakah ia berdiri di atas fakta sejarah dan norma hukum? Ataukah hanya narasi mitologis yang dijadikan senjata politik?

Sejarah yang dijadikan mitos

Dalam dunia filsafat sejarah, kita belajar bahwa sejarah tak selalu bicara tentang apa yang sungguh-sungguh terjadi, tetapi juga tentang bagaimana peristiwa itu dikisahkan dan dimaknai.

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |