Cara Nabi Muhammad Membersamai Cucunya, Hasan dan Husain

2 hours ago 1

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nabi Muhammad SAW dikenal sangat menyayangi cucu-cucunya, Hasan dan Husain, putra dari Ali bin Abi Thalib dan Fatimah az-Zahra.

Hasan lahir di Madinah pada tahun 3 Hijriah atau 625 Masehi. Dia dikenal karena kedermawanannya, kebijaksanaannya, dan kedekatannya dengan Nabi Muhammad SAW.

Hasan memiliki peran penting dalam sejarah Islam sebagai Khalifah kelima setelah kematian ayahnya, tetapi ia memilih untuk menyerahkan kekhalifahan kepada Muawiyah bin Abu Sufyan untuk mencegah pertumpahan darah di antara umat Islam. Dengan tindakan ini, Hasan menunjukkan kebijaksanaannya dalam mengutamakan persatuan dan perdamaian.

Husain lahir pada 626 Masehi di Madinah dan gugur sebagai syuhada dalam Pertempuran Karbala pada 680 Masehi. Dia dikenal karena kecerdasannya, keberaniannya, dan keteguhannya dalam memperjuangkan kebenaran dan keadilan.

Sebagai salah satu cucu Nabi yang paling dicintai, Husain memiliki peran penting dalam sejarah Islam dan menjadi simbol perlawanan terhadap penindasan. Anaknya Ali yang bergelar Zainal Abidin dikenal sebagai ahli sujud. 

Kasih sayang Nabi kepada keduanya menjadi teladan agung dalam memperlakukan anak-anak. Dalam hadis riwayat Al-Bukhari disebutkan bahwa Rasulullah pernah bersabda, “Hasan dan Husain adalah dua pemimpinku di surga.” Ungkapan ini bukan hanya menunjukkan kemuliaan keduanya, tetapi juga menggambarkan betapa dalamnya cinta Nabi terhadap cucu-cucunya.

Rasulullah SAW sering bermain dan bercanda dengan Hasan dan Husain di rumah maupun di tempat umum. Diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA, Nabi pernah memanjatkan Hasan di punggungnya lalu berjalan sambil berkata, “Ya Allah, aku mencintai mereka, maka cintailah mereka dan cintailah orang yang mencintai mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim). Doa ini menunjukkan perhatian Nabi tidak hanya bersifat emosional, tetapi juga spiritual.

Kisah terkenal lain terjadi ketika Nabi sedang sujud dalam salat, lalu Hasan atau Husain memanjat punggung. Nabi tidak marah, tidak memutus salatnya, bahkan memperpanjang sujudnya hingga cucunya turun sendiri.

Setelah selesai, Nabi menjelaskan bahwa dia memanjangkan sujud karena cucunya sedang bermain di atas punggungnya (HR. Ahmad dan Nasa’i). Sikap ini menunjukkan kelembutan dan kesabaran luar biasa Nabi terhadap anak kecil.

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |