Chatib Basri Ungkap Efek Bunga Deposito Dolar Naik, Rupiah Bisa Loyo

3 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank pelat merah kompak menaikkan suku bunga deposito valuta asing (valas) dolar Amerika Serikat ke level 4% mulai November 2025. Kenaikan bunga deposito valas ini terjadi di tengah penguatan dolar AS terhadap rupiah.

Ekonom Senior sekaligus mantan Menteri Keuangan di era Presiden SBY, Chatib Basri menilai kenaikan bunga deposito valas ini menarik untuk dipelajari dampaknya baik dari sisi likuiditas rupiah, nilai tukar hingga dampaknya ke sistem perbankan Tanah Air.

"Apa dampak menaikkan bunga deposito USD pada bank Himbara dengan tujuan menarik arus modal kembali ke Indonesia. Gunakan kerangka ekonomi makro," papar Chatib, dikutip dari laman X @ChatibBasri, Jumat (26/9/2025).

Dari sisi likuiditas rupiah, Chatib menilai jika bunga deposito dalam dolar AS di Indonesia naik, akan muncul insentif bagi deposan untuk mengalihkan aset dari rupiah ke dolar AS.

"Akibatnya, terjadi permintaan lebih besar atas dolar AS," tulisnya di laman X.

Hal ini terjadi karena masyarakat atau korporasi akan menukar rupiah ke dolar. Alhasil, likuiditas rupiah di pasar menurun karena rupiah keluar dari sistem perbankan.

"Secara makro, ini bisa menimbulkan tightening likuiditas rupiah di pasar uang domestik. Suku bunga pasar rupiah bisa naik," katanya.

Kemudian, dia melihat dari sisi nilai tukar, kebijakan bank Himbara ini akan meningkatkan permintaan atas dolar AS. Ini akan memberikan tekanan depresiasi rupiah.

"Apalagi kalau selisih bunga dolar AS di Bank Indonesia dengan rupiah mengecil, investor mungkin melihat dolar lebih atraktif (lebih aman, mengurangi risiko kurs)," papar Chatib.

Kondisi inilah yang memicu rupiah melemah. Namun, dia menilai jika BI melakukan intervensi atau menaikkan bunga rupiah untuk menjaga daya tariknya, dampaknya bisa berbeda.

Lebih lanjut, Chatib pun menganalisa dampak kenaikan bunga simpanan valas ini terhadap perbankan. Dia menekankan, kebijakan ini bisa menambah dana dalam dolar AS perbankan karena jumlah deposito valasnya meningkat. Namun, Chatib mengingatkan ini bisa membuat dana dalam rupiah berkurang, karena nasabah shifting ke dolar AS.

Dari sisi manajemen aset dan liabilitas, dia memandang bank harus menyalurkan simpanan dolar AS tersebut dalam bentuk.

"Kalau demand kredit dalam dolar rendah, bisa timbul mismatch," ujarnya. Mismatch ini terjadi antara kewajiban dolar AS dan aset rupiah di perbankan.

Ujung-ujungnya, likuiditas sistem perbankan rupiah bisa mengetat. Ini, kata Chatib, dapat mendorong persaingan bunga deposito rupiah naik untuk mempertahankan dana rupiah.

Dari analisa ini, Chatib menyimpulkan likuiditas rupiah akan menurun alias ketat. Lalu, nilai tukar rupiah melemah karena permintaan dolar AS naik. Di sisi perbankan, dana pihak ketiga (DPK) valas meningkat, tetapi dana dalam rupiah berkurang dan risiko mismatch serta biaya dana dalam rupiah meningkat.

Direktur Utama BRI Hery Gunardi mengatakan kenaikan suku bunga deposito valas merupakan respons BRI terhadap dinamika pasar global sekaligus strategi untuk memperluas basis dana valuta asing.

"Peningkatan suku bunga deposito valas ini menjadi salah satu upaya BRI dalam memberikan nilai tambah bagi nasabah, sekaligus memperkuat likuiditas perseroan dalam denominasi mata uang asing," ujarnya.

Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Riduan menjelaskan bahwa dinamika pasar global telah meningkatkan kebutuhan nasabah terhadap instrumen valas yang aman, fleksibel, sekaligus memberikan potensi keuntungan menarik.

Menurut Riduan, mengerek naik bunga deposito valas menjadi 4% sejalan dengan arahan strategis pemerintah dalam menjaga stabilitas nilai tukar serta memperkuat daya saing industri perbankan nasional.

"Bank Mandiri hadir dengan produk simpanan valas yang kompetitif serta layanan lengkap untuk membantu nasabah mengoptimalkan dana dan transaksi bisnis, baik di onshore maupun offshore. Pada saat yang sama, kami berperan sebagai mitra strategis pemerintah dalam memperkuat stabilitas nilai tukar dan menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi nasional," ungkap Riduan.


(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article BI Rate Turun, Rupiah Makin Semangat Hantam Dolar AS

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |