Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Amerika Serikat (AS) mengalami penurunan dalam persentase cadangan mata uang global. Penurunan ini bahkan mencapai level terendah nya dalam 30 tahun.
Berdasarkan data laporan terbaru dari International Monetary Fund (IMF) tentang komposisi cadangan mata uang global, pangsa dolar AS dalam cadangan devisa bank sentral dunia mengalami penurunan menjadi 56,3% di kuartal II-2025 atau turun 1,5% dibandingkan pada kuartal I-2025 yang sebesar 57,59%.
Pangsa dolar AS saat ini sekaligus menjadikannya yang terendah dalam tiga dekade atau sejak 1995 dimana pada saat itu pangsa pasar dolar AS sebagai cadangan mata uang global sebesar 58,96%.
Apa Penyebabnya?
Penurunan porsi dolar AS dalam cadangan mata uang global lebih banyak disebabkan oleh pelemahan nilai tukar dolar AS dibandingkan aksi jual terhadap greenback.
Menurut rilis press IMF, faktor nilai tukar yang melemah menyumbang hampir 92% sebagai penyebab dari penurunan pangsa pasar dolar AS di global tersebut.
Hal ini terjadi karena banyak bank sentral di dunia yang melaporkan bahwa cadangan devisanya ke IMF dalam denominasi dolar AS. Ketika nilai dolar nya melemah, maka nilai cadangan dalam mata uang lain seperti euro, poundsterling, hingga yen jepang otomatsi akan terlihat lebih tinggi saat dikonversi ke dolar AS.
Akibatnya, pangsa dolar dalam komposisi cadangan mata uang global jadi terlihat menyusut.
Sepanjang kuartal II-2025, dolar AS tercatat turun hingga 9% terhadap euro, 11% terhadap franc Swiss, melemah 6% terhadap poundsterling, dan hampir 4% dari yen Jepang. Depresiasi nilai tukar dolar AS ini membuat pangsa dolar semakin tergerus di antara mata uang utama dunia lainnya.
Lebih jauh, pelemahan dolar tahun ini dipicu oleh sejumlah faktor fundamental.
Mulai dari kebijakan tarif perdagangan yang digulirkan Presiden AS Donald Trump meningkatkan ketidakpastian global dan menekan kepercayaan terhadap greenback. Kemudian adanya tekanan berulang Trump terhadap The Federal Reserve untuk memangkas suku bunga semakin menambah beban bagi dolar.
Hingga kekhawatiran pasar terhadap defisit fiskal yang melebar usai disahkannya undang-undang pajak "One Big Beautiful Bill Act" pada 4 Juli turut menambah sentimen negatif.
Data IMF menunjukkan bahwa meskipun pangsa dolar AS dalam cadangan devisa global terus berada dalam tren penurunan, mata uang ini masih menjadi cadangan devisa terbesar di dunia.
Euro menempati posisi kedua dengan pangsa 21,13%, diikuti yen Jepang sebesar 5,57%. Selanjutnya, poundsterling 4,83%, dolar Kanada 2,61%, yuan China 2,12%, dolar Australia 2,09%, serta franc Swiss yang hanya menyumbang 0,16%.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(evw/evw)