Jakarta, CNN Indonesia --
Konflik bersenjata yang terjadi di Republik Demokratik Kongo, telah banyak menelan korban.
Terakhir, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melaporkan 200.000 warga Kongo terusir dari rumah mereka sendiri, usai kelompok bersenjata yang didukung Rwanda, M23, menguasai Kota Uvira di Provinsi Kivu Selatan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam laporan PBB disebutkan M23 memaksa masuk Kota Uvira di pada Selasa (9/12). Peristiwa ini membuat warga ramai-ramai terpaksa meninggalkan rumah mereka, demikian dikutip Al Jazeera.
Konflik di negara Afrika ini sudah terjadi sejak sejak 1996, menyebabkan sekitar enam juta kematian. Perang Kongo Pertama (1996-1997) dimulai setelah Genosida Rwanda tahun 1994, demikian laporan laman Council on Foreign Relations (cfr.org).
Pada tahun 1998, Perang Kongo Kedua pecah menyusul memburuknya hubungan antara Kongo dan Rwanda. Hingga memunculkan banyak kelompok paramiliter.
Salah satu kelompok pemberontak paling menonjol yang muncul pada awal tahun 2000-an adalah Gerakan 23 Maret (M23), yang sebagian besar terdiri dari etnis Tutsi.
Antara tahun 2012 dan 2013, M23 menjadi kekuatan yang tak terbantahkan di Kongo timur, dan Kinshasa (Kongo) menuduh Kigali (Rwanda) mendukung kelompok tersebut.
Ancaman Deforestasi
Di luar perang, Kongo sebagai pemilik hutan hujan tropis terbesar kedua di dunia (Cekung Kongo) setelah Amazon, juga menghadapi penggundulan hutan yang masif.
Laman Norway's International Climate and Forest Initiative (nicfi) Cekungan Kongo meliputi sistem sungai Kongo yang perkasa, hutan ini dipenuhi dengan berbagai spesies hewan dan tumbuhan yang unik. Melindungi hutan-hutan ini sangat penting untuk mencegah pemanasan global.
Hutan Cekungan Kongo memiliki luas sebesar India atau hampir sepuluh kali luas Jerman, meliputi 3,3 juta km2. Hampir dua pertiga hutan tersebut berada di wilayah Republik Demokratik Kongo. Hutan ini menyediakan makanan, kayu bakar, air, dan tempat berteduh.
Yang tak kalah penting adalah luasnya lahan gambut. Lapisan tanah organik yang tebal dan kaya karbon ini telah terakumulasi selama jutaan tahun di seluruh wilayah tersebut.
Terdapat lebih dari 10.000 spesies tumbuhan, termasuk 3.000 spesies yang hanya ditemukan di sini: 600 spesies pohon, 1000 spesies burung, 900 spesies kupu-kupu, 280 spesies reptil, dan 400 spesies mamalia.
Namun Deforestasi di Cekungan Kongo berubah dengan cepat. Pada tahun 2022, misalnya, area yang ditutupi pepohonan seluas 15.603 km2 hilang, menurut data satelit terbaru. Ini setara dengan hampir 8.000 lapangan sepak bola hutan yang ditebang setiap harinya.
(imf/bac)

10 hours ago
3
















































