Desak Pembebasan Sandera, Tentara Israel Minta Perang Dihentikan

20 hours ago 3

Jakarta, CNN Indonesia --

Sebagian tentara cadangan Israel bergabung ikut memprotes agar perang di Gaza dihentikan agar para sandera yang tersisa dapat segera dibebaskan. Ini menandakan meningkatnya gerakan protes setelah lebih dari 18 bulan perang.

Protes itu disampaikan lewat surat terbuka yang ditandatangani oleh lebih dari 250 anggota militer tersebut. Mereka mengatakan perang saat ini lebih banyak melayani kepentingan politik dan pribadi, bukan kepentingan keamanan.

"Kelanjutan perang tidak berkontribusi pada tujuan-tujuan yang telah dideklarasikan, dan akan menyebabkan kematian para sandera, tentara (Pasukan Pertahanan Israel), dan orang-orang tak berdosa," tulis para tentara, melansir CNN, Jumat (11/4).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Surat tersebut ditulis oleh para prajurit dan pensiunan dari Unit 8200, unit intelijen militer elit Israel, yang merupakan unit intelijen militer terbesar. Surat tersebut juga mengkritik rencana Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk mengalahkan Hamas dan mengembalikan 59 sandera yang masih ditahan di Gaza.

Untuk melanjutkan pemerintahan, perdana menteri membutuhkan dukungan dari mitra koalisi dari partai-partai sayap kanan yang telah mengancam akan keluar dari pemerintahan jika perang berakhir.

"Pemerintah tidak bertanggung jawab atas bencana ini, dan tidak mengakui bahwa mereka tidak memiliki rencana atau solusi untuk krisis ini," tulis mereka.

"Kami bergabung dengan seruan para awak pesawat kepada semua warga Israel untuk mengambil tindakan dan menuntut, di mana pun dan dengan cara apa pun, kembalinya para sandera sekarang juga dan penghentian pertempuran," lanjutnya.

Protes ini muncul sehari setelah ratusan pensiunan angkatan udara dan prajurit cadangan menerbitkan surat serupa di surat kabar utama di Israel. Dalam surat itu mereka mengatakan perang ini lebih mengutamakan kepentingan politik dan pribadi dan bukan kepentingan keamanan.

Israel memiliki jumlah militer yang relatif kecil, namun memiliki korps cadangan yang jauh lebih besar yang dapat diandalkan selama konflik berkepanjangan. Gerakan protes yang berkembang di dalam korps cadangan berpotensi mempengaruhi kemampuan militer Israel untuk melakukan agresi berkepanjangan di Gaza.

Meski kedua surat tersebut mengkritik kelanjutan perang, mereka yang menandatangani tidak menolak untuk bertugas.

Beberapa jam setelah surat pertama dirilis pada hari Kamis, militer Israel mengumumkan bahwa mereka telah memecat para prajurit cadangan angkatan udara yang telah menandatangani surat tersebut. Mereka juga tengah menganalisa tanda tangan tersebut untuk melihat berapa banyak lagi yang masih berada di militer.

Seorang pejabat IDF mengatakan bahwa sebagian besar penandatangan surat tersebut bukanlah prajurit aktif.

Komandan Angkatan Udara Israel, Mayor Jenderal Tomer Bar, mengkritik surat tersebut dalam suratnya yang diterbitkan pada hari Jumat.

"Pesan-pesan yang muncul dalam proklamasi tersebut menunjukkan kurangnya kepercayaan dan merusak kohesi di dalam pasukan," tulis Bar.

"Publikasi semacam itu tidak memiliki tempat selama masa perang karena para prajurit dan komandan IDF mempertaruhkan nyawa mereka," lanjut dia.

Netanyahu mengecam surat protes baru tersebut dan menganggap para penulisnya sebagai minoritas kecil.

"Surat-surat itu ditulis oleh sekelompok kecil orang jahat, yang dioperasikan oleh organisasi-organisasi yang didanai oleh uang asing, yang memiliki satu tujuan - menggulingkan pemerintah sayap kanan," kata Netanyahu dalam sebuah pernyataan, tanpa memberikan bukti atas klaimnya tentang pengaruh asing.

Namun Netanyahu mengakui surat-surat protes itu datang dari berbagai bagian militer. Ia juga menyebut kemungkinan kemunculan surat serupa dari angkatan laut.

"Sekali lagi surat-surat yang sama: satu kali atas nama pilot, satu kali atas nama lulusan angkatan laut, dan satu kali lagi dengan nama yang berbeda," katanya.

Netanyahu juga menolak membesar-besarkan surat protes tersebut. Meski demikian, hasil survei baru-baru ini menunjukkan bahwa hampir 70 persen warga Israel mendukung penghentian perang untuk membebaskan para sandera yang tersisa.

"Ini bukanlah sebuah tren. Ini bukan sebuah gelombang. Ini adalah sekelompok kecil pensiunan personel, yang keras, anarkis, dan terputus," katanya.

Langkah membendung protes publik tersebut tampaknya bertujuan untuk membendung ketidakpuasan yang semakin vokal di antara para prajurit dan mencegah terulangnya peristiwa tahun 2023, ketika gelombang prajurit mengatakan bahwa mereka akan menolak untuk bertugas sebagai bentuk protes terhadap upaya perombakan peradilan Netanyahu.

Hampir semua dari para prajurit cadangan itu akhirnya menjawab panggilan yang mereka terima setelah Israel diserang pada 7 Oktober, tetapi persatuan di masa perang mulai goyah seiring perang yang berlarut-larut.

(dmi/dmi)

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |