Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat pada pembukaan perdagangan hari ini, Senin (30/6/2025).
Indeks naik 0,56% atau 38,66 poin pada awal perdagangan ke level 6.936,06. Sebanyak 221 saham naik, 74 turun, dan 265 tidak bergerak. Kapitalisasi pasar pun menanjak jadi Rp 12.194 triliun.
Nilai transaksi pada awal pembukaan perdagangan tercatat mencapai Rp 300 miliar yang melibatkan 233 juta saham dalam 22.208 kali transaksi.
Pasar keuangan menyambut awal pekan dengan tensi geopolitik yang masih membara dan daftar antrean penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) yang makin padat.
Dari krisis nuklir hingga lonjakan perang drone, dunia luar kembali menguji nyali pelaku pasar global. Sementara itu, dari dalam negeri, investor tengah bersiap menyambut delapan emiten baru yang akan meramaikan lantai bursa. Data inflasi dan PMI Manufaktur serta neraca perdagangan juga menjadi salah satu penggerak sentimen pasar sepanjang pekan ini.
Namun, laju kencang Wall Street dan bursa dunia bisa menjadi katalis positif bagi bursa saham Indonesia serta rupiah.
Dengan begitu banyak dinamika yang saling bersilangan, berikut rangkuman sentimen utama yang berpotensi memengaruhi arah pasar hari ini dan sepanjang pekan.
Inflasi Juni dan Neraca Perdagangan Mei 2025
Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan data Indeks Harga Konsumen (IHK) untuk Juni 2025 pada Selasa (1/7/2025). IHK diperkirakan akan mengalami kenaikan secara bulanan (month to month/mtm) atau mengalami inflasi. Hal ini berbanding terbalik dengan deflasi sebesar 0,37% (mtm) pada Mei 2025.
Sebagai catatan, IHK pada Mei 2025 mengalami deflasi sebesar 0,37% (mtm) tetapi masih naik atau mencatat inflasi sebesar 1,6% (year on year/yoy).
Pada hari yang sama, BPS juga akan mengumumkan data neraca perdagangan Mei 2025. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sebelumnya sudah mengumumkan bahwa neraca perdagangan Indonesia tetap mengalami surplus US$ 4,9 miliar pada Mei 2025. Adapun, data bulan Mei ini belum dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Surplus pada bulan Mei ini lebih tinggi dari bulan April sebesar US$ 160 juta.
Kendati surplus, Sri Mulyani memberikan peringatan akan risiko kondisi global yang dapat mempengaruhi kinerja neraca dagang Indonesia.
Seperti diketahui, neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus selama 5 tahun berturut-turut. Tepatnya, surplus neraca perdagangan 60 bulan beruntun. Menurut Sri Mulyani, kondisi global dapat menekan ekspor dan impor Indonesia.
PMI Manufaktur Juni
S&P Global akan mengumumkan data Purchasing Manager's Index (PMI) Indonesia untuk Juni 2025 pada Selasa pekan ini (1/7/2025).
Aktivitas manufaktur Indonesia kembali mengalami kontraksi pada Mei 2025. Kontraksi memperpanjang tren negatif menjadi dua bulan beruntun,
Data Purchasing Managers' Index (PMI) yang dirilis S&P Global menunjukkan PMI manufaktur Indonesia ada di 47,4 atau mengalami kontraksi pada Mei 2025. Ini adalah kedua kali dalam dua bulan beruntun PMI mencatat kontraksi.
PMI memang lebih baik dibandingkan pada April 2025 yakni 46,7.
PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Jika di atas 50, maka artinya dunia usaha sedang dalam fase ekspansi. Sementara di bawah itu artinya kontraksi.
S&P Global menjelaskan aktivitas produksi dan pesanan baru kembali melemah, dengan penurunan pesanan baru yang bahkan lebih tajam dibanding April. Penurunan pesanan bahkan menjadi yang terdalam sejak Agustus 2021.
IPO Jumbo
Investor lokal bersiap menjaga likuiditas karena sepanjang Juli akan dihiasi parade IPO besar. Total ada delapan emiten yang akan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia. Dari perusahaan afiliasi taipan hingga sektor kripto, semuanya menanti respons pasar.
Big Player: CDIA
PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA), yang terafiliasi dengan konglomerat Prajogo Pangestu, siap menggalang dana hingga Rp2,37 triliun, menjadikannya IPO terbesar tahun ini. Emiten ini menawarkan 12,48 miliar saham dan menggandeng 6 underwriter besar. Proyeksi valuasi mencapai Rp23 triliun.
Kripto Masuk Bursa: COIN
PT Indokripto Koin Semesta Tbk (COIN) akan menjadi bursa kripto pertama yang listing di BEI. Dengan melepas 2,2 miliar saham, emiten ini menargetkan dana Rp231 miliar. Mayoritas dana akan dipakai untuk memperkuat modal anak usaha di sektor aset digital.
Lainnya Juga Tak Kalah Ramai
Enam emiten lain juga siap unjuk gigi:
PMUI (produsen XL Smart): Target dana hingga Rp208 miliar.
PSAT (pengiriman laut): Bidik Rp200 miliar, sebagian besar untuk anak usaha.
BLOG (logistik): Incar Rp152 miliar untuk ekspansi gudang dan armada.
MERI (edukasi milik Merry Riana): Target Rp39 miliar, dengan ESA untuk karyawan.
ASPR (kemasan plastik): Bidik Rp100 miliar lebih untuk pembelian mesin & bahan baku.
CHEK (alat kesehatan): Targetkan hingga Rp114 miliar untuk modal kerja.
Dengan rencana IPO jumbo seperti CDIA dan potensi listing sektor baru seperti COIN, minat investor ritel akan diuji dalam beberapa pekan ke depan. Sementara itu, geopolitik yang terus memanas bisa menjadi sentimen global yang membayangi. Pastikan strategi portofolio tetap adaptif, baik terhadap risiko eksternal maupun peluang domestik.
Sentimen Luar Negeri
Pada hari ini, Senin (30/6/2025), S&P akan merilis data aktivitas manufaktur China pada periode Juni 2025 menurut data NBS.
Berdasarkan konsensus Trading Economics, PMI manufaktur China pada Juni akan tetap berada di zona kontraksi yakni 49,7 pada Juni 2025.
Sementara dari Amerika Serikat ada pidato penting dari Chairman The Federal Reserve atau The Fed Jerome Powell pada Selasa (1/7/2025). Powell akan bicara dalam pembuka di acara peringatan 75 tahun Divisi Keuangan Internasional di The Federal Reserve Board, Washington, D.C.
Patut diperhatikan karena bisa jadi ada petunjuk mengenai nasib kebijakan suku bunga The Fed ke depan. Terutama setelah tenggat negosiasi tarif resiprokal Trump mulai berakhir pada bulan ini.
Pasalnya pada 30 Juli 2025 akan diadakan rapat untuk menentukan suku bunga The Fed. Berdasarkan data Fedwatch Tools, diperkirakan akan tetap mempertahankan suku bunga di 4,25%-4,50%.
Selanjutnya adalah data pembukaan lowongan pekerjaan oleh JOLTs pada Mei 2025 yang diperkirakan meningkat 7,45 juta dari bulan sebelumnya hanya 7,39 juta.
Kemudian pada Kamis (3/7/2025) ada dua data penting yakni penggajian selain pertanian (NPF) dan tingkat pengangguran. Dua indikator penting dalam membaca kondisi ekonomi Paman Sam dan pertimbangan bagi suku bunga The Fed.
Berdasarkan data Trading Economics, data NPF pada Juni 2025 diperkirakan akan turun menjadi 129 ribu dari bulan sebelumnya 139 ribu. Sementara tingkat pengangguran tetap di 4,2% pada Juni 2025.
(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Dibuka Terkoreksi Jelang Pengumuman Data Penting