Pemandangan kota Makkah terlihat dari Gua Hira.
Oleh : Teguh Firmansyah dari Makkah Arab Saudi
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Shalawat pujian menyebut nama Rasulullah SAW terdengar dari dalam mulut gua di atas Jabal Nur (Bukit Cahaya). Gua tersebut adalah Gua Hira, tempat turunnya wahyu pertama kali kepada Nabi Muhammad SAW.
Menjelang Subuh pada 18 Dzulhijjah 1446 Hijriyah atau bertepatan dengan Sabtu (14/6/2026), jamaah dari berbagai negara mengantre mengular di jalan tepi bukit yang sempit.
Jalan anak tangga yang berjarak sekitar 70 meter dari mulut gua itu hanya cukup untuk dua lajur. Satu ke arah gua dan sebaliknya menuju pulang.
Terdengar suara, "Move move" agar pengunung bisa segera maju dan bergantian masuk ke dalam. "No pray no pray (jangan shalat-shalat)," seru jamaah lain dengan lantang sambil berdesakan.
Jamaah tidak bisa masuk secara bersamaan karena gua terbilang sangat sempit. Perkiraan lebar hanya 1- 1,5 meter, panjang 3 meter, dan tinggi atap yang tak merata antara 1-2 meter. Dengan luas dimensi ini, gua hanya cukup untuk 4-5 orang. Itu pun harus menunduk, duduk atau menyandar pada batu di dalam.
Tampak seorang jamaah wanita dibantu suaminya masuk hingga ke ujung gua yang lebih sempit dengan lebar mungkin hanya sekitar 30-4 sentimeter. Ia harus memiringkan tubuhnya agar bisa ke ruang lebih dalam.
Di sisi lain, tepat di sebelah jurnalis Republika dari Media Centre Haji bersandar, seorang pria terlihat tengah menuntaskan shalat subuh. Pria tersebut shalat sambil duduk ke arah ujung goa yang tepat persis mengarah ke kiblat. Sementara sejumlah jamaah lain ada yang mencium sisi batu , bershalawat dan tak lupa berswafoto.
Untuk keluar dari gua pun butuh perjuangan mengingat jamaah yang masuk di pagi gelap itu masih terbilang sangat ramai. Pengunjung harus mendaki batu di sisi sebelah kanan gua. Sebuah tali berwarna putih menjadi pegangan buat jamaah agar bisa naik ke atas bukit untuk kembali ke jalur anak tangga menuju jalan pulang.