Konten Medsos Bikin Gen Z Ogah Pakai Alat Kontrasepsi Hormonal?

3 hours ago 1

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter spesialis obgyn dan ginekologi asal Amerika Serikat (AS) dr Jackie Walters membantah sejumlah klaim menyesatkan soal kontrasepsi hormonal yang banyak beredar di media sosial. la menegaskan informasi keliru ini telah memengaruhi keputusan kesehatan generasi muda terutama perempuan Gen Z untuk tidak menggunakan alat kontrasepsi.

"Saya melihat tren di kalangan pasien muda saya, terutama Gen Z, yang tidak menggunakan kontrasepsi karena informasi yang mereka lihat di media sosial," ujar Walters seperti dilansir New York Post, Senin (13/10/2025).

la mengungkapkan banyak konten viral yang menyebarkan klaim salah terkait efek samping kontrasepsi hormonal, mulai dari risiko infertilitas, perubahan preferensi seksual, hingga anggapan bahwa kontrasepsi bersifat toksik. Padahal, menurut Walters, kontrasepsi hormonal seperti pil, suntikan, implan, dan IUD telah terbukti aman dan efektif berdasarkan puluhan tahun penelitian medis.

"Efek samping memang bisa terjadi, seperti sakit kepala, mual, atau bercak perdarahan, namun umumnya bersifat ringan dan dapat dikelola," kata dia.

Sebuah survei tahun 2024 mencatat satu dari tujuh perempuan berusia 18 hingga 25 tahun mengaku telah mempertimbangkan atau bahkan mengubah metode kontrasepsi mereka karena informasi dari media sosial. Salah satu kekhawatiran paling umum yang didengar Walters dari pasien muda adalah anggapan bahwa penggunaan kontrasepsi bisa menyebabkan sulit hamil di masa depan. la menegaskan klaim tersebut tidak didukung oleh bukti ilmiah.

"Ketika seseorang berhenti menggunakan kontrasepsi hormonal, tubuh biasanya akan kembali ke keadaan alami," kata Walters.

Fakta ilmiah menunjukkan sekitar 80 persen perempuan yang berhenti menggunakan kontrasepsi hormonal bisa hamil dalam waktu satu tahun. Angka ini sama dengan tingkat kesuburan perempuan pada umumnya.

Selain itu, Walters juga menanggapi kekhawatiran soal risiko kanker. la menjelaskan bahwa meskipun penggunaan pil KB dapat sedikit meningkatkan risiko kanker payudara, risikonya tetap rendah, terutama pada perempuan muda, dan akan menurun setelah penghentian penggunaan. Di sisi lain, penelitian menunjukkan bahwa pil KB justru dapat menurunkan risiko jenis kanker lain seperti kanker ovarium dan kanker usus besar.

"Jadi sangat penting bagi perempuan untuk memiliki informasi yang akurat dan terpercaya agar mereka dapat membuat keputusan yang tepat tentang kesehatan reproduksi mereka," kata Walters.

Namun, misinformasi yang menyebar luas tetap berdampak signifikan. Tak hanya menyebarkan ketakutan, banyak influencer juga mempromosikan metode alami atau bebas hormon, yang diklaim lebih aman. Walters mengingatkan efektivitas metode tersebut sering kali dilebih-lebihkan dan tidak setara dengan metode kontrasepsi medis.

Walters mengatakan generasi muda yang tetap memilih menggunakan kontrasepsi hormonal cenderung lebih tertarik pada metode jangka panjang dan reversibel, seperti implan Nexplanon. "Nexplanon dipasang di lengan, bukan di rahim, dan tidak perlu diingat setiap hari, minggu, atau bulan. Efektivitasnya lebih dari 99 persen dan bisa mencegah kehamilan hingga tiga tahun," ujar Walters.

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |