Senior Vice President (SVP) ESG BSI Rima Dwi Permatasari (tengah).
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) berkomitmen mendukung pembiayaan berkelanjutan. Senior Vice President (SVP) ESG BSI Rima Dwi Permatasari mengatakan pembiayaan atau keuangan berkelanjutan terbagi menjadi UMKM dan green financing dalam peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) nomor 51 tahun 2017.
"Di kedua sektor pembiayaan ini, alhamdulillah pertumbuhan di BSI sekitar 25 persen dari total pembiayaan yang ada," ujar Rima dalam Islamic Finance Dialogue (IFD) 2025 bagian dari acara Islamic Sharia Forum (ISF) 2025 di Hotel Le Meridien, Jakarta Pusat, Senin (26/5/2025).
Rima menyampaikan, BSI berencana kembali menerbitkan sustainability sukuk seri kedua senilai Rp 3 triliun hingga Rp 4 triliun pada Juni 2025. Rima mengatakan hal ini merupakan rangkaian dari persetujuan BSI menerbitkan sukuk berkelanjutan hingga Rp 10 triliun sejak 2024.
"Sampai kuartal I 2025, pembiayaan berkelanjutan kami sudah mencapai sekitar Rp 72 triliun dengan target pertumbuhan kira-kira 10-15 persen," ucap Rima.
Rima menyampaikan, antusiasme investor terhadap sustainability sukuk BSI sangat tinggi. Dia menargetkan, lebih banyak investor retail yang berpartisipasi dalam sustainability sukuk seri kedua.
"Insya Allah tahun ini kita mau coba investor retail lebih banyak. Kalau tahun lalu investor retail sekitar sembilan persen, tahun ini harusnya lebih banyak," ujar Rima.
Menurut Rima, BSI juga terus mendorong penguatan pembiayaan berkelanjutan, termasuk ke sektor pertanian yang dikategorikan sebagai bagian dari green culture menurut pedoman OJK. Rima mengatakan, sektor agrikultur, khususnya perkebunan kelapa sawit, masih menjadi fokus utama BSI dalam penyaluran pembiayaan hijau.
"Kalau di keuangan berkelanjutan yang ditetapkan OJK, sektor agrikultur itu masuk ke green culture. Memang berbeda ya, kalau di Eropa contohnya sawit sudah tidak termasuk lagi green, tapi kalau di kami masih," ucap Rima.