Jakarta, CNBC Indonesia - Produsen mainan asal China, Pop Mart mencatat lonjakan pendapatan dua kali lipat pada 2024 menjadi US$1,8 miliar atau sekitar Rp29 triliun (kurs Rp16.000/US$). Pendorong utamanya adalah kesuksesan besar karakter ikonik mereka, Labubu, yang viral di media sosial dan menjadi fenomena global di kalangan kolektor mainan.
CEO Pop Mart, Wang Ning, optimistis tren ini akan terus berlanjut. Ia bahkan menyebut target pendapatan US$4,2 miliar (sekitar Rp67 triliun) pada 2025 sebagai sesuatu yang cukup mudah dicapai.
Pop Mart merilis koleksi Labubu pada Oktober 2023, dan sejak itu pendapatannya melonjak tajam. Dalam dua tahun terakhir saja, penjualan meningkat lebih dari dua kali lipat.
Berdasarkan data dari laporan tahunan perusahaan dan estimasi internal Pop Mart, berikut perkembangan pendapatannya dikutip dari Visual Capitalist:
Tahun |
Pendapatan Pop Mart (juta dolar AS) |
2021 |
707 |
2022 |
669 |
2023 |
887 |
2024 |
1.800 |
2025 (perkiraan) |
4.200 |
Pop Mart kini dikenal luas berkat keberhasilan membangun antusiasme kolektor terhadap karakter-karakter unik seperti Labubu, yang tampil dengan ekspresi jenaka dan desain yang dianggap "aneh tapi lucu."
Kesuksesan Labubu tak lepas dari strategi pemasaran Pop Mart yang disebut blind box, di mana pembeli tidak tahu jenis karakter yang akan didapat sampai kotak dibuka. Konsep ini menciptakan rasa penasaran dan dorongan untuk membeli lebih dari satu produk demi mendapatkan versi Labubu yang diinginkan.
Fenomena ini dengan cepat menyebar di media sosial. Video unboxing dan reaksi penggemar yang menunggu hasilnya, antara kecewa atau gembira, menjadi viral di TikTok, Weibo, dan Instagram. Tak sedikit yang rela berkemah di depan toko Pop Mart saat rilis koleksi baru.
(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article
Awas Ketipu Beli Lafufu Bukan Labubu, Begini Cara Bedakannya