Mantan Penasihat Presiden AS Ungkap Fakta Mengejutkan Donald Trump

1 day ago 4

Jakarta, CNBC Indonesia-Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengejutkan dunia setelah mengumumkan kebijakan tarif impor. Tak sedikit menganggapnya sebagai sosok yang mengusung proteksionisme pada perdagangan.

Ekonom Senior asal Amerika Serikat Arthur Laffer yang juga pernah menjadi orang terdekat Trump membantah pandangan tersebut. Menurutnya justru Trump akan membuka jalan menuju perdagangan yang lebih bebas.

"Penilaian saya adalah Donald Trump memberlakukan tarif dan bersikap proteksionis dalam upaya untuk mendorong China dan negara-negara lain agar mau bernegosiasi menuju perdagangan yang lebih bebas," kata Laffer saat berbincang dengan CNBC Indonesia.

Proteksionisme menjadi kekhawatiran banyak negara saat ini. Padahal sikap negara yang saling membatasi impor dan ekspor barang dan jasa dipastikan berujung pada kerugian.

"Jika proteksionisme terus berlanjut, itu akan menyebabkan kemerosotan ekonomi. Kami memiliki banyak pengalaman yang menunjukkan bahwa proteksionisme tidak membawa kemakmuran, justru sebaliknya," terangnya.

Laffer menceritakan ketika AS pada 1930 memberlakukan tarif Smoot-Hawley pada produk pertanian dan manufaktur yang bertujuan melindungi industri dalam negeri. AS justru mendapatkan balasan dari negara lain yang berujung pada depresi besar.

Begitu juga pada 1970 dalam rangka memperbaiki neraca perdagangan yang defisit. Hasilnya justru adalah ekonomi yang terus memburuk.

"Sebaliknya, kita memiliki John F. Kennedy, yang menurunkan tarif dan tidak terlalu proteksionis, mendukung perdagangan bebas. Ronald Reagan dan juga Bill Clinton mendukung perdagangan bebas. Kita bisa melihat kemakmuran yang terjadi," ujar Dewan Penasihat Kebijakan Ekonomi Presiden Ronald Reagan tersebut.

Setelah Trump mengumumkan kebijakan tarif baru, banyak negara membuka ruang komunikasi. Termasuk China yang bersedia melakukan negosiasi meskipun awalnya sempat berbalas tarif. Laffer melihat ekonomi yang lebih baik dalam beberapa tahujn ke depan.

"Saya pikir, yang akan terjadi sekarang adalah semakin banyak negara yang akan menurunkan tarif, mengurangi hambatan proteksionis seperti hambatan non-tarif dan kuota. Ini akan menghasilkan rantai pasokan yang jauh lebih baik, kerja sama internasional yang lebih kuat, dan integrasi ekonomi," paparnya.


(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Video: Trump Siap Umumkan Tarif Impor Balasan ke Banyak Negara

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |