REPUBLIKA.CO.ID, TABANAN -- Indonesia merupakan surga tersembunyi bagi kakao berkualitas ekspor. Di balik biji kakao lokal yang tumbuh subur di tanah vulkanik, tersimpan potensi besar untuk menghasilkan cokelat terbaik dunia.
Inilah narasi baru yang digaungkan Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Dyah Roro Esti Widya Putri, saat ia mendorong eksportir lokal untuk tidak hanya puas di pasar domestik, tetapi berani menembus pasar internasional yang menjanjikan.
Cerita ini bermula dari kunjungannya ke sebuah pabrik cokelat lokal, Cau Chocolates, di Kabupaten Tabanan, Bali. Di sana, Wamendag melihat langsung bagaimana potensi kakao diolah menjadi produk premium.
Wamendag Dyah mengarahkan agar eksportir kakao memanfaatkan kerja sama pemerintah dalam melebarkan sayap di pasar internasional. Perjanjian dagang dengan berbagai negara, seperti Indonesia-Peru CEPA, Indonesia-Canada CEPA, dan Indonesia-Uni Eropa CEPA yang akan datang, adalah karpet merah yang sudah dibentangkan pemerintah.
“Pasar-pasar ini menjanjikan, khususnya Eropa karena permintaannya terus tumbuh,” kata Wamendag, membuka mata para pelaku usaha tentang peluang emas di Benua Biru.
Pasar Eropa, lanjut Dyah Roro, sangat menekankan aspek keberlanjutan. Mereka menyukai produk yang orientasinya ramah lingkungan, baik untuk kesehatan, dan yang terpenting, produk organik. Ini adalah nilai tambah yang dimiliki kakao Indonesia.
“Tapi selepas itu jangan dilupakan pasar-pasar yang dekat dengan kita seperti ASEAN. Kami akan coba sambungkan dengan beberapa perwakilan perdagangan kita di 33 negara yang siap membantu,” sambungnya, memastikan pasar regional tetap terjangkau.
Dyah Roro berharap, dengan bantuan koneksi dari Kementerian Perdagangan ini, eksportir kakao dapat berpartisipasi dalam ajang pameran internasional yang selanjutnya akan mendatangkan lebih banyak pembeli (buyer) potensial.
Pelaku usaha juga diarahkan agar menggunakan fasilitas Inaexport, sebuah platform yang berpotensi mempertemukan mitra bisnis dan memfasilitasi business matching yang efektif.
Di Bali sendiri, Wamendag Dyah menyampaikan keinginannya agar hilirisasi semakin digenjot, salah satunya pada komoditas kakao yang melimpah.
Baginya, hilirisasi tidak harus melulu di industri skala besar. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) seperti Cau Chocolates di Tabanan ini menjadi bukti nyata. Kakao di sana telah diolah menjadi cokelat yang dikemas apik sehingga berdaya saing tinggi.
Fakta di lapangan mendukung optimisme ini. Berdasarkan data BPS, ekspor kakao, kakao olahan, dan makanan olahan berbahan dasar kakao Indonesia mencatatkan tren positif 16,20 persen pada periode 2021-2024.
sumber : Antara

1 hour ago
1

















































