REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pengamat tata kota dari Universitas Trisakti, Yayat Supriatna, mengapresiasi Program Bebenah Rumah yang digagas Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) bersama Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Menurutnya, program ini merupakan langkah strategis yang tidak hanya memperbaiki kondisi tempat tinggal warga, tetapi juga meningkatkan kualitas kehidupan urban secara menyeluruh.
“Inisiatif ini bukan semata soal memperbaiki rumah, tapi momentum untuk menata kembali kota dan memanusiakan warga. Ini bagian dari revitalisasi kawasan dan transformasi kualitas hidup,” ujar Yayat, Ahad (29/6/2025).
Yayat menjelaskan, program Bebenah Rumah sejalan dengan upaya penanganan rumah tidak layak huni (RTLH) yang selama ini menjadi tanggung jawab pemerintah daerah. Kolaborasi dengan lembaga filantropi seperti Yayasan Buddha Tzu Chi menghadirkan pendekatan yang lebih partisipatif, sekaligus memperkuat dampak sosial di masyarakat.
Yang tak kalah penting, lanjut Yayat, adalah memastikan legalitas status tanah, ketepatan sasaran penerima manfaat, serta kelayakan teknis rumah yang direnovasi. Aspek-aspek teknis seperti pencahayaan, sirkulasi udara, sanitasi, dan keamanan juga harus menjadi prioritas.
“Kalau bisa, rumah yang direnovasi bukan hanya sehat tapi juga produktif. Misalnya bisa menunjang usaha rumahan atau UMKM. Jadi, perbaikannya menyentuh aspek ekonomi juga,” tambahnya.
Dalam program ini, Yayasan Buddha Tzu Chi mengalokasikan dana renovasi sebesar Rp30–50 juta per unit tanpa menggunakan anggaran pemerintah. Yayat menilai, skema Corporate Social Responsibility (CSR) seperti ini sangat efektif, asalkan dijalankan dengan prinsip transparansi, melibatkan tenaga kerja lokal, serta didukung pengawasan yang ketat.
Lebih jauh, Yayat menekankan bahwa program renovasi rumah sangat relevan bagi wilayah padat seperti Jakarta. Kepadatan penduduk dan keterbatasan ruang membuat kualitas permukiman menurun, sehingga renovasi sebaiknya disertai dengan perbaikan lingkungan sekitar, termasuk sistem drainase, akses evakuasi kebakaran, dan jalur sirkulasi udara.
“Kita membangun rumah sehat untuk manusia yang sehat. Kalau hanya rumahnya yang diperbaiki, tapi lingkungannya tetap buruk, maka tujuan besarnya akan meleset,” tegasnya.
Selain itu, Yayat mengusulkan agar program ini diintegrasikan dengan agenda strategis nasional seperti Program 3 Juta Rumah, serta disinergikan dengan sektor kesehatan, infrastruktur, dan sosial ekonomi. Evaluasi pasca-renovasi juga dinilai sangat penting.
“Evaluasi ‘before–after’ perlu dilakukan. Jangan sampai rumah yang sudah diperbaiki kembali kumuh karena kultur warga tidak berubah. Kita tidak hanya membangun struktur, tapi juga membangun budaya hidup bersih dan sehat,” pungkas Yayat.
Program Bebenah Rumah di Johar Baru, Jakarta Pusat, juga mendapat apresiasi tinggi sebagai wujud nyata keberpihakan pemerintah terhadap masyarakat menengah ke bawah.
Melalui Kementerian PKP, pemerintah hadir sebagai penggerak, memastikan rakyat memiliki hunian yang layak, sehat, dan nyaman. Hal ini mencerminkan komitmen Presiden Prabowo Subianto dalam meningkatkan taraf hidup rakyat, terutama kelompok yang kurang mampu, sekaligus memperkuat solidaritas sosial dan semangat gotong royong.
sumber : Antara