Saat Koneksi Jaringan Kuat Menjadi Jembatan Menuju Rumah bagi Anak Rantau

2 hours ago 1

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Menjadi perantau, jauh dari kampung halaman banyak terjadi pada mahasiswa Universitas Padjadjaran (Unpad). Mereka, harus rela jauh dari keluarga bertahun-tahun untuk menuntut ilmu menyelesaikan pendidikannya. Terkadang, karena waktu libur yang terbatas atau dana yang terbatas, para perantau ini harus bisa menahan rindu pada keluarga. Namun, di era digital sangat mudah untuk menemukan obat rindu pada keluarga. Salah satunya, dengan menelepon atau video call pada orang tua dan sanak saudara.

Tentunya, aktivitas tersebut akan berjalan lancar bila di dukung oleh kuatnya jaringan dan sinyal operator seluler. Setiap perantau, harus pandai memilih operator seluler tersebut agar rasa kangennya bisa benar-benar terobati dengan menyapa lewat handphone tanpa ada buffering atau jeda.

Kehandalan Telkomsel pun, dirasakan oleh Mahasiswa Fakultas Teknologi Industri Pertanian Unpad asal Medan, Sumatera Utara, Samuel Pasaribu (21 tahun). Menurutnya, saat ia harus merayakan tahun baru pada tahun 2023 lalu, jauh dari rumahnya yang berada di seberang pulau. Biasanya, saat tahun baru tiba, seluruh keluarga akan berkumpul di rumah kakek dan nenek sebagai tradisi.

Namun, pada tahun itu, Samuel hanya bisa menyapa mereka lewat Zoom karena ia belum bisa pulang ke rumah. “Walau hanya lewat layar, rasanya tetap menyenangkan, meski jarak memisahkan,” ujar Samuel kepada Republika, belum lama ini.

Samuel mengakui, keinginan merantaunya sudah direncanakan sejak SMA. Ada rasa senang ketika mimpinya bisa terwujud, namun di sisi lain ia juga merasa sedih karena harus pergi jauh dari rumah. Bagi Samuel, hal itu merupakan bagian dari proses pembelajaran. "Meski rasanya sedih karena jauh dari rumah, saya tetap mendapatkan banyak hal positif yang dari merantau, seperti belajar mandiri dan berani mengeksplorasi hal-hal baru. Dengan adanya handphone bisa memudahkan saya untuk menyapa keluarga di kampung halaman saat kangen," paparnya.

Hal serupa dialami Mitha (21), perempuan asal Pematangsiantar, Sumatera Utara, yang kini menempuh pendidikan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unpad. Ia bercerita bahwa hari ulang tahunnya selalu dirayakan lewat layar ponsel. Satu per satu wajah keluarga muncul, menyanyikan lagu selamat ulang tahun, lalu bergantian mendoakan dan menyampaikan harapan baik, dari jarak ribuan kilometer. “Rasanya seperti lagi kumpul di rumah, padahal aku jauh banget di sini,” katanya.

Rutinitas merayakan ulang tahun secara virtual ini, kata dia, sudah ia lakukan selama empat tahun berturut-turut sejak merantau. Ia juga bercerita bahwa hari-hari di awal perantauan terasa sangat berat karena ia mengalami homesick. Pertama kali jauh dari rumah dan tanpa sanak saudara di perantauan membuatnya sering merasa sepi.

"Kalau kangen atau homesick yang saya lakukan pasti menelepon. Sudah lama, saya pakai kartu Telkomsel karena jaringannya bagus," katanya.

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |