Setting Pikiran agar tak Dikendalikan Dunia: Tips Zuhud

1 hour ago 2

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Zuhud merujuk pada sikap hidup yang sederhana, tidak terlalu terikat pada harta benda duniawi, dan lebih fokus pada kehidupan akhirat.

Orang yang hidup zuhud cenderung memiliki kesadaran yang tinggi tentang hakikat kehidupan duniawi yang sementara dan tidak kekal, sehingga mereka lebih memilih untuk menginvestasikan waktu dan energi mereka pada amal saleh, ibadah, dan kegiatan yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.

Dengan demikian, zuhud dapat membantu seseorang untuk mencapai kebahagiaan sejati dan kehidupan yang lebih bermakna, serta meningkatkan kesadaran spiritual dan hubungan dengan Allah SWT.

Allah berfirman dalam Surah Al Hadid ayat 20,

ٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌۢ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِى ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَوْلَٰدِ ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ ٱلْكُفَّارَ نَبَاتُهُۥ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَىٰهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَٰمًا ۖ وَفِى ٱلْءَاخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِّنَ ٱللَّهِ وَرِضْوَٰنٌ ۚ وَمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا مَتَٰعُ ٱلْغُرُورِ

i’lamū annamal-ḥayātud-dun-yā la’ibuw wa lahwuw wa zīnatuw wa tafākhurum bainakum wa takāṡurun fil-amwāli wal-aulād, kamaṡali gaiṡin a’jabal-kuffāra nabātuhụ ṡumma yahīju fa tarāhu muṣfarran ṡumma yakụnu huṭāmā, wa fil-ākhirati ‘ażābun syadīduw wa magfiratum minallāhi wa riḍwān, wa mal-ḥayātud-dun-yā illā matā’ul-gurụr

20. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.

​Secara umum, caranya adalah dengan menerapkan filosofi Zuhud dalam hati—yaitu melepaskan ketergantungan hati dari dunia—tanpa harus meninggalkan aktivitas duniawi.

​Berikut adalah langkah-langkah praktis untuk melatih pikiran agar tidak selalu mengukur segalanya dengan materi:

​1. Ubah Definisi Anda tentang "Kekayaan" dan "Sukses"

​Pikiran Anda akan berhenti mengejar harta berlebihan ketika Anda memberikan definisi baru pada tujuan hidup.

​Pindahkan Fokus dari "Memiliki" ke "Menjadi": Alihkan pikiran dari "Seberapa banyak yang saya miliki?" menjadi "Orang seperti apa saya hari ini?" Nilai diri Anda dari kualitas spiritual, akhlak, waktu yang dihabiskan untuk kebaikan, dan kontribusi, bukan dari nilai aset.

​Kekayaan Sejati adalah Hati yang Cukup: Tanamkan pemahaman bahwa kekayaan (ghina') sejati adalah al-Qana'ah (merasa cukup/bersyukur). Seperti sabda Nabi Muhammad SAW: “Bukanlah kekayaan itu banyaknya harta benda, tetapi kekayaan adalah hati yang selalu merasa cukup.”

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |