Studi: Laut Semakin Masam, Habitat Karang dan Biota Terancam

13 hours ago 3

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON — Kesehatan laut dunia berada dalam kondisi yang makin mengkhawatirkan. Para ilmuwan memperingatkan bahwa tenggat waktu untuk menyelamatkan ekosistem laut semakin menipis.

Pengasaman laut, yang disebut sebagai “kembar jahat” krisis iklim, terjadi ketika laut menyerap karbon dioksida (CO₂) dalam jumlah besar dalam waktu singkat. Proses ini mengubah komposisi kimia air dan menurunkan tingkat pH, membuat air laut menjadi lebih asam.

Dampaknya merusak terumbu karang, habitat laut, hingga dapat melarutkan cangkang organisme laut seperti tiram dan moluska kecil dalam kasus ekstrem.

Selama ini, pengasaman laut belum tercantum dalam sembilan “batas kemampuan bumi” atau planetary boundaries yang merupakan parameter ilmiah untuk mengukur batas aman sistem global seperti iklim, keanekaragaman hayati, dan air tawar dalam menjaga keberlangsungan bumi. Namun, studi terbaru menunjukkan bahwa batas ini telah dilampaui lima tahun lalu.

Penelitian kolaboratif dari Plymouth Marine Laboratory (PML) di Inggris, NOAA (Administrasi Kelautan dan Atmosfer AS), dan Oregon State University mengungkapkan bahwa pengasaman laut telah melewati ambang aman sejak 2020.

“Pengasaman laut bukan hanya krisis lingkungan, ini bom yang bisa kapan saja menghancurkan ekosistem maritim dan perekonomian pesisir,” kata Kepala PML sekaligus Ketua Dewan Jaringan Pemantauan Pengasaman Laut Global, Profesor Steve Widdicombe, dikutip dari The Guardian, Sabtu (14/6/2025).

Penelitian ini menggunakan data pengukuran fisik dan kimia dari inti es serta pemodelan komputer dan studi biota laut, yang bersama-sama membentuk gambaran historis kondisi laut selama 150 tahun terakhir.

Para ilmuwan menemukan bahwa sebagian besar wilayah laut dunia telah melewati ambang batas pengasaman, yang didefinisikan sebagai kondisi ketika kadar kalsium karbonat atau mineral penting bagi makhluk laut bercangkang, turun 20 persen dibanding era pra-industri.

Kondisi paling parah terjadi di laut dalam. Pada kedalaman 200 meter, sekitar 60 persen perairan global telah berada di luar batas aman pengasaman.

“Sebagian besar makhluk laut tidak hanya tinggal di permukaan. Laut dalam merupakan rumah bagi berbagai jenis tanaman dan hewan. Karena laut dalam banyak berubah, dampak pengasaman laut dapat jauh lebih buruk dari yang kami perkirakan,” ujar Profesor Helen Findlay dari PML.

Penurunan pH berdampak besar pada spesies laut seperti karang, tiram, remis, dan kupu-kupu laut yang bergantung pada kalsium untuk membentuk cangkang. Mereka menghadapi pertumbuhan yang melambat, struktur pelindung yang melemah, kemampuan reproduksi yang berkurang, dan tingkat kelangsungan hidup yang menurun.

Untuk mengatasi pengasaman laut, ilmuwan menekankan bahwa satu-satunya solusi utama adalah menurunkan emisi karbon dioksida. Namun, mereka juga menyerukan tindakan konservasi yang difokuskan pada wilayah dan spesies paling rentan.

Direktur Aliansi Internasional untuk Memerangi Pengasaman Laut, Jessie Turner yang tidak terlibat dalam penelitian, menyebut temuan ini sebagai peringatan serius bagi dunia.

“Kita menghadapi ancaman eksistensial sambil bergulat dengan kenyataan pahit banyak habitat yang cocok untuk spesies penting telah hilang. Jelas pemerintah tidak dapat lagi mengabaikan pengasaman laut dalam agenda kebijakan utama,” katanya.

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |